Tonyraka Art Gallery Buka Ruang Permanen Peter Dittmar

Tonyraka Art Gallery Buka Ruang Permanen Peter Dittmar

Press conference Soft Opening Tonyraka Art Gallery sekaligus peresmian Peter Dittmar Exhibition Space, yang terletak di Desa Mas, Ubud, Bali, Sabtu (25/10/2025).-Rivansky Pangau-

UBUD, DISWAYBALI.ID – Tonyraka Art Gallery di Desa Mas, Ubud, Bali, meresmikan Peter Dittmar Exhibition Space. Yakni ruang pamer permanen yang didedikasikan untuk karya seniman Jerman, Peter Dittmar.

Peresmian yang berlangsung pada Sabtu, 25 Oktober 2025, bertepatan dengan soft launching Tonyraka Art Centre, menandai babak baru bagi galeri yang telah berkiprah lebih dari dua dekade dalam memajukan seni rupa kontemporer di Bali.

Pemilik Tonyraka Art Gallery, Tony Hartawan, menyebut ruang baru ini bukan sekadar pameran tetap, melainkan ruang diskursus tentang globalisasi, identitas, dan seni lintas batas.

BACA JUGA:Labyrinth Art Gallery Nuanu Creative City Hadirkan Pameran ‘Menanam Garis’, Kolaborasi dengan 11 Seniman

"Ruang pamer permanen ini bukan sekadar menyajikan karya terpilih Peter Dittmar, tetapi lebih dari itu, sebagai panggung untuk diskursus tentang globalisasi, identitas, dan seni kontemporer yang melampaui batas geografis," ujar Tony Hartawan.

Ruang ini menjadi simbol kolaborasi panjang antara Tony dan Dittmar. kolaborasi dua sosok yang sama-sama percaya, bahwa seni adalah cara menemukan kontinuitas antara tradisi dan pencarian modern.

Sejak berdiri pada 2003, Tonyraka dikenal sebagai galeri yang membuka ruang bagi seniman dari berbagai latar belakang, dari Bali hingga mancanegara. 

BACA JUGA:Bali Cetak Sejarah, Art & Bali 2025 Hadirkan Pameran Seni Global Perdana

Kni, dalam usianya yang ke-22, Tonyraka bertransformasi menjadi Tonyraka Art Centre—payung besar yang menaungi, antara lain Tonyraka Art Gallery, Tonyraka Art Lounge (Coffee Bar & Restaurant), Bersama Alternative Space (ruang kolaborasi lintas komunitas), Peter Dittmar Exhibition Space, dan Tonyraka Design.

Langkah ini menegaskan peran Tonyraka sebagai ekosistem seni yang utuh, menggabungkan pameran, diskusi, hingga interaksi kreatif antara seniman dan publik.

Karya Peter Dittmar, yang telah melintasi Munich, Sydney, dan Bali, dikenal karena kedalaman spiritualnya. Kurator Jean Couteau, yang menyeleksi karya bersama Warih Wisatsana, menilai Dittmar mendekati spiritualisme melalui lensa transkultural. 

BACA JUGA:Pemkab Klungkung Gelar Pameran Keris dan Pusaka di Museum Semarajaya Klungkung

Sebuah pencarian Kesatuan Diri yang berakar pada konsep Timur seperti Sunyata dan Manunggaling Kawula Gusti.

"Peter Dittmar menawarkan sikap mawas diri universal, mengadopsi jalur inspirasi Buddhis tanpa secara formal mengidentifikasi diri sebagai seorang Buddhis," kata Jean Couteau.

Sumber: