DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Ketika bercerita tentang novel yang berlatar 1998, pembaca akan menemukan perpaduan antara tragedi, harapan, dan keresahan anak muda yang hidup di masa yang penuh dengan ketidakpastian.
Dari cerita cinta yang tumbuh di tengah aksi mahasiswa hingga kisah perjalanan menelusuri trauma sejarah, novel-novel berlatar 1998 menghadirkan sudut pandang yang unik mengenai masa transisi negara.
Tiga novel yang bisa dibaca dengan latar cerita 1998 adalah Notasi, Amba, dan Lelaki di Tengah Hujan yang masing-masingnya menghadirkan dengan cara yang berbeda dalam memotret pergolakan zaman yang terjadi pada masa Orde Baru.
BACA JUGA:Novel Berlatar Sejarah Laut Bercerita Kini Siap Dikembangkan Menjadi Film Layar Lebar
Tahun 1998 selalu jadi salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Krisis yang melanda, demonstrasi mahasiswa, hingga tumbangnya Orde Baru membuat masa ini menyimpan banyak cerita yang tidak hanya politis, tetapi juga personal.
Maka dari itu tidak sedikit penulis yang menjadikannya latar cerita untuk menggambarkan bagaimana individu menghadapi pergolakan besar yang berhasil mengubah arah bangsa. Tiga novel yang paling menonjol dan sering direkomendasikan bagi pembaca yang ingin merasakan kembali atau ingin mengetahui suasana era reformasi bisa membaca beberapa berikut ini, Notasi, Amba, dan Lelaki di Tengah Hujan.
Ketiga penulis dari buku tersebut menghadirkan pengalaman membaca yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan yaitu ingin menggambarkan suasana 1998 di mana di dalamnya ada cinta, aktivisme, kehilangan, dan upaya memahami kembali luka sejarah.
Meski dengan penulisan yang berbeda, kisah dari tiga novel ini membangun jembatan emosional antara pembaca dan para tokoh yang hidup di tengah gejolak politik yang bisa membuat banyak anak muda penasaran mengenai kisah yang terjadi pada tahun 1998.
3 Novel berlatar 1998, selain Laut Bercerita
1. Notasi karya dari Morra Quatro
Notasi mengambil latar kampus UGM saat gelombang demonstrasi mahasiswa semakin memuncak. Morra Quatro menyuguhkan hubungan antara Nadira dan Juna yang tumbuh di tengah rapat-rapat organisasi, ketegangan aksi, serta ketakutan yang selalu mengiringi aktivis.
Penulis menempatkan cinta sebagai pusat emosional, tapi tidak mengurangi suasana 1998 yang penuh dengan risiko. Notasi terasa dekat karena menggambarkan bagaimana perubahan besar negara berdampak pada kehidupan paling pribadi seorang anak muda.
2. Amba karya Laksmi Pamuntjak
Novel ini mungkin tidak sepenuhnya menggunakan latar 1998, tetapi memiliki hubungan yang kuat dengan periode menuju reformasi melalui jejak sejarah dan trauma masa lalu. Kisah Amba yang mencari Bhisma membawa pembaca pada perjalanan menelusuri dampak dari kekerasan negara, politik, dan luka sejarah yang belum selesai.
Latar zaman yang bergerak menuju perubahan menjadikan Amba relevan sebagai bacaan bagi pembaca yang ingin merasakan bagaimana masa lalu dan masa kini yang saling bertaut.
3. Lelaki di Tengah Hujan karya Wenri Wanhar