BALINALE ke-18 Ditutup: Jadi Platform Kolaborasi Industri Para Sineas dan Produser Film

Minggu 08-06-2025,06:33 WIB
Reporter : Rivansky Pangau
Editor : Syifa Lulu

SANUR, DISWAYBALI.ID — Event akbar Festival Film Internasional Bali (BALINALE) ke-18 resmi ditutup Sabtu, 7 Juni 2025.

Penutupan BALINALE 2025 dihadiri dan dipimpin langsung Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia, Fadli Zon.

Selain itu, acara penutupan turut dihadiri para sutradara terkemuka, tokoh-tokoh perfilman terkenal baik lokal maupun internasional, pemimpin komunitas, dan pemangku kepentingan Sanur. 

BACA JUGA:Kemenekraf Sebut Balinale 2025 Jadi Jembatan Antara Pegiat Film dan Investor

BACA JUGA:Film Dokumenter Deep Rising Diputar di Festival BALINALE 2025, Angkat Soal Isu Mafia Tambang Laut

Pada malam penutupan, juga turut menampilkan dua film IMAX yang diproduksi di Indonesia: UNDER THE SEA karya Howard Hall (USA, Kanada) dan BORN TO BE WILD karya David Lickley (USA). 

BALINALE juga dengan bangga mempersembahkan pemutaran film IMAX 3D pertama di Bali.

Menbud Fadli Zon mengatakan, selama 18 tahun BALINALE tidak hanya menampilkan karya sinematik luar biasa. 

Namun juga telah berkembang menjadi platform kolaborasi industri, inovasi kreatif, dan diplomasi budaya bagi sineas dan produser film bukan hanya dari Indonesia tapi juga mancanegara.

“Film adalah media diplomasi budaya, penggerak ekonomi, dan jembatan yang menghubungkan masyarakat yang beragam. Film juga merupakan bagian dari soft power diplomacy, media dialog antarbudaya, dan ekspresi nilai luhur yang berakar pada kreativitas, harmoni, dan warisan budaya,” ujar Menbud Fadli Zon pada sesi konferensi pers, Sabtu 7 Juni 2025.

BACA JUGA:Kementerian Ekraf Dukung Balinale 2025, Jadi Wadah Percepatan Pertumbuhan Ekosistem Kreatif Nasional

Dari data yang ia peroleh, beber Fadli, pada 2024 dunia perfilman Indonesia tercatat memproduksi lebih dari 200 film. Sementara bioskop di Indonesia mencatatkan 122,7 juta penonton. 

“Dari jumlah tersebut, 81 juta (67 persen, res) adalah penonton film Indonesia. Sebuah pencapaian tertinggi dalam sejarah,” tukasnya.

Kementerian Kebudayaan, lanjut Fadli, berkomitmen untuk mendorong penguatan ekosistem film, antara lain dengan berbagai skema pendanaan. 

“Seperti matching fund melalui dana abadi kebudayaan atu Dana Indonesiana, mendorong gerakan dan festival film berbasis komunitas khususnya di daerah, dan membangun jejaring antara pasar film nasional dan internasional,” tuturnya.

Kategori :