BTN Bukukan Laba Bersih Rp 1,7 Triliun, Tumbuh 13,6%

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/bali.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/bali.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 558
Function: view
File: /var/www/html/bali.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
BALI.DISWAY.ID, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun pada akhir semester I-2025, bertumbuh double-digit sebesar 13,6% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,5 triliun. Pencapaian tersebut sejalan dengan upaya perseroan untuk terus mempertajam strategi dan meningkatkan efisiensi proses bisnis di tengah tantangan makroekonomi.
Pertumbuhan laba bersih BTN ditopang oleh pendapatan bunga kredit yang naik 23,5% yoy menjadi Rp18,50 triliun hingga Juni 2025, melampaui pertumbuhan biaya bunga yang sebesar 2,3% yoy. Pertumbuhan tersebut menghasilkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp9,34 triliun atau naik 55,1% yoy hingga semester I-2025.
Dengan racikan strategi BTN di paruh pertama 2025, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) naik 139 basis poin (bps) menjadi 4,4% per akhir Juni 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,0%. Adapun Cost-to-Income Ratio (CIR) membaik ke level 43,8% dari sebelumnya 58,8%, yang menunjukkan proses bisnis yang semakin efisien.
“Di tengah berbagai tantangan makroekonomi dan persaingan yang ketat di industri perbankan, BTN berhasil mencatatkan profitabilitas yang membaik berkat strategi yang dijalankan secara konsisten dan terus melaksanakan fungsi intermediasinya untuk menggerakkan perekonomian rakyat, terutama dari sektor perumahan,” tutur Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam keterangan tertulisnya di Jakarta (27/8).
Di sisi perolehan dana masyarakat, BTN mampu membukukan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp406,38 triliun hingga semester I-2025, bertumbuh double digit atau 11,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp365,38 triliun. Laju DPK BTN tersebut terpantau berada di atas pertumbuhan DPK industri perbankan yang sebesar 6,6% yoy per akhir Juni 2025.
Nixon menjelaskan, pertumbuhan DPK BTN sejalan dengan upaya perseroan untuk terus memperkuat mesin pendanaan, terutama dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang berasal dari segmen ritel dan insitusi. Pertumbuhan dana murah BTN tidak terlepas dari upaya perseroan menggencarkan akuisisi pengguna baru dan transaksi aplikasi Bale by BTN.
Secara keseluruhan, jumlah user Bale by BTN telah mencapai 2,7 juta hingga akhir semester I-2025, naik 68,8% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 1,6 juta. Sedangkan jumlah transaksi Bale by BTN telah menembus 931,5 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp43,1 triliun selama semester I-2025. “Lonjakan pengguna Bale by BTN merefleksikan kepercayaan dan kenyamanan masyarakat terhadap super app yang kami desain untuk melayani ekosistem perumahan dan gaya hidup masa kini yang dinamis. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan user experience dan fitur yang lebih beragam dengan proposisi yang lebih menarik agar semakin mampu menjawab kebutuhan nasabah,” ujar Nixon.
Di tengah beragam tantangan, BTN tetap menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, diiringi dengan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang terus ditingkatkan. Penyaluran kredit dan pembiayaan BTN tercatat tumbuh 6,8% yoy menjadi Rp376,11 triliun hingga semester I-2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp352,06 triliun.
Penyaluran kredit hingga Juni 2025 ditopang pertumbuhan kredit dan pembiayaan ke sektor perumahan yang meningkat 6,2% yoy menjadi Rp317,77 triliun dan sektor non-perumahan (non-housing loan) yang naik 10,5% yoy menjadi Rp58,34 triliun. Di sektor perumahan, KPR subsidi naik 6,5% menjadi Rp182,17 triliun. Sedangkan KPR non-subsidi secara keseluruhan bertumbuh 8,8% menjadi Rp110,72 triliun.
“BTN berkomitmen untuk terus mendukung program pembangunan perumahan nasional dengan menyediakan akses pembiayaan untuk kepemilikan rumah, termasuk untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan turut menggerakkan perekonomian dari sektor perumahan. Kami secara proaktif berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan di sektor perumahan untuk upaya percepatan penyediaan hunian layak dan terjangkau, termasuk melalui kerja sama dengan investor dalam negeri maupun luar negeri,” tutur Nixon.
Seiring dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta dana masyarakat, BTN membukukan total aset sebesar Rp484,96 triliun hingga semester I-2025, bertumbuh 6,4% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp455,60 triliun.
Jelang Proses Akhir Spin Off, Kinerja BTN Syariah Makin Kinclong
Unit Usaha Syariah (UUS) BTN, yakni BTN Syariah terus mencatatkan kinerja positif menjelang proses akhir pemisahan (spin-off) menjadi Bank Umum Syariah (BUS) yang akan menjadi salah satu pemain utama di industri perbankan nasional. Pencapaian tersebut tercermin pada pertumbuhan aset yang sebesar 18,0% yoy menjadi Rp65,56 triliun hingga akhir Juni 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp55,54 triliun.
Peningkatan aset tersebut ditopang oleh ekspansi pembiayaan yang konsisten, dengan nilai penyaluran pembiayaan mencapai Rp48,46 triliun, naik 17,0% yoy dibandingkan semester I-2024 yang sebesar Rp41,41 triliun. Kepercayaan masyarakat juga terus meningkat, terlihat dari pertumbuhan DPK yang mencapai 19,8% yoy menjadi Rp55,23 triliun pada akhir paruh pertama 2025, dibandingkan Rp46,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun total laba bersih BTN Syariah tercatat sebesar Rp401 miliar pada akhir Juni 2025, naik 8,3% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp370 miliar.
“BTN Syariah telah memasuki era baru seiring dengan proses akhir spin-off yang ditandai dengan perubahan nama menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) melalui penggabungan dengan Bank Victoria Syariah sebagai perusahaan cangkang. Aksi korporasi yang menjadi milestone bagi industri perbankan syariah Indonesia ini dapat terwujud atas dukungan pemegang saham, regulator dan masyarakat luas,” tutup Nixon.
Sumber: