Transformasi SDM: Kunci Daya Saing Indonesia di Era Disrupsi Global

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/bali.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/bali.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 558
Function: view
File: /var/www/html/bali.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Oleh: Teguh Anantawikrama
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Transformasi Teknologi dan Digital
BALI.DISWAY.ID - Perubahan tatanan global kini berlangsung lebih cepat dari yang pernah kita bayangkan. Revolusi teknologi, arus informasi tanpa batas, serta pergeseran kekuatan ekonomi dan geopolitik telah mengubah wajah dunia.
Cara manusia bekerja, berinteraksi, bahkan belajar pun telah berevolusi. Di tengah perubahan ini, satu hal menjadi jelas: daya saing bangsa tidak lagi ditentukan oleh sumber daya alam, melainkan oleh sumber daya manusia yang memiliki keahlian masa depan.
Disrupsi dan Peta Keahlian Baru Dunia
Menurut laporan The Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum, lebih dari 40% keterampilan tenaga kerja global akan berubah dalam lima tahun ke depan.
Keahlian yang kini paling dicari meliputi analisis data, pemikiran kritis, manajemen perubahan, literasi teknologi, dan kolaborasi manusia-mesin.
OECD menegaskan bahwa digitalisasi dan ekonomi hijau telah menciptakan “kesenjangan keahlian baru” yang tidak bisa dijembatani hanya dengan pendidikan konvensional.
Bahkan laporan AI Impact on Labor Markets (IEDC, 2024) menyebutkan bahwa lebih dari 60% pekerjaan akan mengalami transformasi fungsi akibat otomatisasi dan kecerdasan buatan — memaksa negara-negara melakukan reskilling massal.
Dari perspektif ekonomi, tren global tenaga kerja menunjukkan arah yang sama. Data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (BLS) memproyeksikan penambahan 5,2 juta pekerjaan baru pada 2024–2034, didominasi sektor teknologi, kesehatan, dan jasa sosial. Artinya, masa depan ekonomi akan dikuasai oleh pekerja yang mampu beradaptasi dan terus belajar.
Negara Tua, Tantangan Baru
Dalam konteks global, muncul satu ancaman besar: penuaan populasi (aging population). Negara-negara maju kini menghadapi krisis tenaga kerja produktif. Jepang, misalnya, memiliki lebih dari 29% penduduk berusia di atas 65 tahun dan diperkirakan akan kehilangan 20 juta penduduk pada 2050.
Korea Selatan akan menjadi negara dengan penuaan tercepat di dunia, di mana hampir separuh populasinya pada 2067 tergolong lansia.
China juga menghadapi tekanan serupa: pada 2050, hampir 40% populasinya akan berada di usia pensiun. Kondisi ini menimbulkan dependency ratio tinggi — semakin sedikit tenaga kerja produktif harus menopang semakin banyak penduduk tidak produktif. Dampaknya jelas: produktivitas menurun, inovasi melambat, dan daya tarik investasi menurun.
Sumber: