Pelaku Industri Perumahan Perlu Strategi Baru Dorong Pertumbuhan Sektor Perumahan

Pelaku Industri Perumahan Perlu Strategi Baru Dorong Pertumbuhan Sektor Perumahan

Pelaku Industri Perumahan Perlu Strategi Baru Dorong Pertumbuhan Sektor Perumahan-dok. istimewa-

BALI.DISWAY.ID, Jakarta, 31 Mei 2025 – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan komitmennya untuk terus mendukung penguatan sumber daya manusia (SDM) di sektor perumahan nasional melalui penyelenggaraan Program Mini MBA in Property. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Housing Finance Center Bank BTN dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) yang telah berlangsung hingga batch ke-22.

Dalam sambutannya pada acara Wisuda Mini MBA in Property Batch 20-22 dan Seminar Outlook Properti Indonesia Tahun 2025, Direktur Finance & Strategy BTN Nofry Rony Poetra menegaskan pentingnya pendidikan berbasis kompetensi untuk mencetak developer Properti yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga mampu menjawab tantangan struktural sektor perumahan.

Nofry mengatakan, riset Housing Finance Center BTN menemukan korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi nasional dengan pertumbuhan sektor perumahan. Dinamika ekonomi makro, terutama adanya ketegangan perdagangan global serta kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat mempengaruhi daya beli masyarakat dan menurunkan minat investasi, termasuk di sektor properti.

“Situasi ini berdampak langsung pada penurunan penjualan hunian, stagnasi harga, serta peningkatan backlog, terutama di segmen menengah ke bawah. Di saat bersamaan, biaya pembangunan yang meningkat akibat harga material dan bunga kredit tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang,” jelas Nofry.

Tidak hanya itu, sektor properti juga tengah mengalami perubahan struktural dalam permintaan pasar. Gaya hidup generasi muda, percepatan digitalisasi, serta kesadaran terhadap isu lingkungan menuntut transformasi dalam pendekatan pembangunan dan pemasaran properti. Dalam konteks ini, pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD), properti hijau (green property), dan pemanfaatan teknologi seperti smart building dan proptech menjadi ruang inovasi yang perlu direspons oleh para pelaku industri.

Dengan adanya berbagai tantangan global dan domestik, serta tuntutan perubahan dalam permintaan pasar, pelaku industri properti terus mencari strategi baru agar tetap bertahan dan berkembang.

“Karena masalah perumahan di Indonesia antara lain disebabkan oleh kurangnya pasokan rumah, maka dibutuhkan program penciptaan developer baru dengan pembekalan keilmuan yang mumpuni, mulai dari aspek land, legal, project financing hingga skill set management,” ujar Nofry.

Peserta Program Mini MBA in Property juga dibekali dengan kunjungan langsung ke proyek perumahan (site visit) guna memperdalam pemahaman praktis serta berdiskusi dengan pengembang berpengalaman.

BTN juga membuka akses pembiayaan proyek perumahan serta beragam program pembiayaan lain yang mendukung kebutuhan developer dan konsumen. Melalui penguatan peran Housing Finance Center, BTN menegaskan posisinya sebagai mitra strategis dalam pembangunan ekosistem perumahan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Program Perumahan Nasional Jadi Kunci Pertumbuhan Properti

Acara wisuda kali ini juga dirangkaikan dengan Seminar Outlook Properti Indonesia 2025 yang menghadirkan para narasumber dari lintas sektor, termasuk perwakilan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) dan pelaku riset properti terkemuka. Forum ini menjadi wadah diskusi strategis bagi regulator, akademisi, investor, dan pelaku industri dalam membedah arah dan peluang sektor properti nasional di tengah tantangan global dan domestik.

Dalam paparannya, Tommy Henria Bastamy, Senior Director, Research and Consultancy Savills memaparkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 4,87% pada kuartal I-2025 dan ketidakpastian global akibat dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan akan mengkoreksi pertumbuhan sektor properti di Indonesia pada tahun ini. 

Namun, pihaknya optimistis bahwa upaya pemerintah, seperti program perumahan nasional dan sejumlah insentif untuk sektor properti, contohnya pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) akan menjadi pendorong permintaan properti terutama hunian bersubsidi untuk masyarakat perpenghasilan rendah (MBR) dan menengah.

“Kami percaya tahun ini sektor perumahan cukup terjaga meskipun ada sedikit koreksi, karena perumahan bergantung pada real demand (permintaan riil di pasar). Adanya program pemerintah yaitu Tiga Juta Rumah dan insentif-insentif untuk sektor properti akan cukup mendorong permintaan dan penyerapan di sektor perumahan pada tahun 2025,” papar Tommy.

Sumber: