UBUD, DISWAYBALI.ID - Seorang turis asal Australia, Lorena (12), mengalami insiden saat berkunjung ke Monkey Forest Ubud, Gianyar.
Ia digigit seekor monyet di bagian leher hingga terluka.
Sang ibu, Flavia McDonald, mengaku kaget karena biaya perawatan medis di salah satu klinik di Ubud mencapai puluhan juta rupiah.
BACA JUGA:Koster Pastikan Bali Belum Terima Donasi dari Timor Leste
Namun pihak klinik memberi klarifikasi. Ni Putu Grace Lande, konsultan hukum sekaligus pemegang saham klinik tersebut, menegaskan bahwa angka tagihan yang beredar tidak sepenuhnya benar.
Menurutnya, total biaya yang dibayar keluarga pasien adalah Rp 48,6 juta, bukan Rp 69 juta sebagaimana diberitakan.
Grace menjelaskan, Lorena tidak menerima vaksin anti rabies (VAR), melainkan human rabies immunoglobulin (HRIG).
Serum ini berbeda dengan vaksin rabies biasa karena mampu bekerja cepat menetralisir virus dalam hitungan jam.
Tindakan ini sangat dibutuhkan, mengingat luka gigitan berada di leher, area yang dekat dengan otak dan sistem saraf pusat sehingga risikonya jauh lebih tinggi.
BACA JUGA:Indonesia Kembali Suarakan Pandangan di PBB, Prabowo Bicara Urutan Ketiga
HRIG diberikan pada pasien dengan luka kategori III atau luka berdarah. Dosisnya dihitung berdasarkan berat badan.
Satu vial hanya cukup untuk sekitar 15 kilogram berat badan, sehingga Lorena membutuhkan empat vial.
Grace mengakui harga serum tersebut memang mahal, sekitar Rp 3,2 juta per vial, ditambah biaya prosedur medis, alat kesehatan, dan obat lain yang digunakan.
"Biayanya memang lebih tinggi dibanding puskesmas atau rumah sakit pemerintah yang menggunakan tarif BPJS. Tapi prosedur yang diberikan sudah sesuai standar," jelasnya.
Ia juga memastikan kondisi Lorena kini stabil dan tidak ada keluhan lanjutan usai perawatan.