DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Olahraga lari memang jadi salah satu pilihan favorit banyak orang karena bisa dilakukan di mana saja tanpa perlu peralatan khusus.
Namun, di balik manfaatnya, muncul juga kekhawatiran bahwa lari setiap hari bisa mempercepat kerusakan pada lutut.
Lantas, apakah hal tersebut benar?
BACA JUGA:Rahasia Umur Panjang! Ini 5 Buah Pilihan Pakar Gizi Jepang Michiko Tomioka
Spesialis ortopedi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Karina Besinga, SpOT(K), menjelaskan bahwa kondisi lutut seseorang sangat bergantung pada kapan dan seberapa lama ia sudah terbiasa berlari.
Menurut dr Karina, mereka yang sudah aktif berlari sejak usia muda umumnya memiliki tulang rawan (cartilage) yang lebih kuat, elastis, dan kenyal.
"Kalau sudah terbiasa lari dari muda, biasanya sampai usia 50 atau 60 tahun pun kondisi sendinya masih baik," jelasnya saat ditemui di Jakarta Barat, Sabtu (1/10/2025).
Sebaliknya, bagi orang yang baru mulai berlari di usia 40 tahun ke atas, risiko cedera justru lebih besar.
"Pada usia itu, struktur sendi biasanya sudah mengalami perubahan. Jadi, potensi terjadinya cedera atau penipisan bantalan tulang bisa lebih tinggi," terang dr Karina.
BACA JUGA:Sembelit Bisa Dialami Siapa Saja, Ini 5 Cara Alami untuk Mengatasinya Tanpa Obat
Ia menambahkan, faktor genetik juga berperan besar dalam menentukan daya tahan lutut seseorang.
Ada individu yang sejak lahir memang memiliki bantalan tulang lebih lembek sehingga lebih rentan mengalami nyeri lutut, bahkan di usia muda.
"Setiap orang punya karakteristik tubuh yang berbeda. Jadi, tidak bisa disamakan antara mereka yang punya bantalan tulang kuat dengan yang lebih rapuh," katanya.
Sebagai langkah pencegahan, dr Karina menyarankan untuk melatih otot-otot di sekitar paha, baik bagian depan maupun belakang.
Otot paha yang kuat dapat membantu menahan beban tubuh saat berlari, sehingga mengurangi tekanan berlebih pada lutut dan meminimalkan risiko cedera.