Kondisi ini membuat sebagian keluarga harus membagi peran, sehingga tidak semua rapor bisa diambil langsung oleh ayah.
Salah satu wali murid, Made Suarsana, warga Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, mengaku program tersebut menjadi pengalaman baru baginya.
Setelah tiga tahun, ia akhirnya datang langsung ke sekolah anaknya. Selama ini, urusan sekolah lebih sering ditangani oleh sang istri. Bertepatan dengan libur kerja, ia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk hadir dan mengambil rapor.
Ia menilai kebijakan tersebut sebagai langkah positif karena membuka ruang bagi ayah untuk lebih dekat dengan dunia pendidikan anak, sekaligus mempererat komunikasi antarsesama wali murid.
Di sisi lain, ada pula rapor yang diambil oleh anggota keluarga lain.
BACA JUGA:Sampah Galungan di Tabanan Naik 30 Persen, DLH Pastikan Pengangkutan Tetap Lancar
Sherly Revalina Monica, misalnya, datang ke SMPN 1 Tabanan untuk mengambil rapor dua adiknya yang duduk di kelas VII dan VIII.
Ia mewakili kedua orang tuanya yang sama-sama tidak bisa meninggalkan pekerjaan.
Informasi terkait gerakan tersebut baru diterimanya sehari sebelumnya, namun kebetulan ia sedang berada di Bali karena libur kerja dari Tangerang.
Hal serupa juga dialami Ni Putu Febriyani, wali siswa kelas IX. Ia datang menggantikan suaminya yang berhalangan hadir lantaran harus menangani pekerjaan mendadak di Gianyar.
Febriyani yang bekerja di RSU Tabanan memanfaatkan waktu luangnya untuk sekaligus mengambil rapor sang anak.
BACA JUGA:BPBD Tabanan Tangani Pohon Tumbang Akibat Hujan Deras saat Hari Tumpek Landep
Secara umum, pihak sekolah menilai gerakan pengambilan rapor oleh ayah berjalan lancar dan memberi dampak positif bagi keterlibatan keluarga dalam pendidikan.
Ke depan, sekolah berharap program serupa bisa terus dilaksanakan dengan pengaturan waktu yang lebih terkoordinasi agar tidak berbenturan dengan agenda pendidikan di jenjang lain.