DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Menjelang dan selama periode libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026 kunjungan wisatawan ke Bali disebut tidak setinggi ekspektasi seperti libur akhir tahun sebelumnya. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) akui hal tersebut bisa terjadi karena adanya beberapa faktor.
PHRI menilai penurunan jumlah wisatawan pada libur Natal dan Tahun Baru dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal, seperti adanya kenaikan harga tiket pesawat, kondisi cuaca yang belakangan ini tidak menentu, serta munculnya tren pergeseran minat wisatawan yang banyak memilih destinasi alternatif di luar Bali.
Ditambah belakangan ini juga kembali muncul terjadinya banjir di beberapa titik di Bali karena banjir yang tidak kunjung berhenti membuat beberapa wisatawan banyak yang berhati-hati dalam memilih destinasi wisata untuk menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru.
BACA JUGA:Truk Sampah Kepung Kantor Gubernur Bali sebagai Bentuk Protes Swakelola Usai Penutupan TPA Suwung
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menanggapi isu berkurangnya kunjungan wisatawan ke Bali pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Menurut PHRI terdapat beberapa faktor yang menjadi pengaruh adanya kondisi tersebut, yaitu di antaranya naiknya harga tiket pesawat, faktor cuaca, serta aksesbilitas menuju Pulau Dewata.
PHRI menyebutkan bahwa harga tiket pesawat juga menjadi salah satu pertimbangan para wisatawan, khususnya untuk para wisatawan domestik dalam menentukan destinasi untuk liburan. Kenaikan harga tiket pesawat ini menjadi menurunkan minat para wisatawan untuk berkunjung ke Bali, terutama pada periode libur panjang Natal dan Tahun Baru.
Selain faktor harga, kondisi cuaca juga disebut-sebut berpengaruh terhadap keputusan wisatawan. Musim hujan yang belakangan ini terjadi dan biasanya juga selalu terjadi di akhir tahun membuat sejumlah aktivitas wisata di Bali, khususnya wisata alam dan bahari menjadi kurang optimal.
Cuaca yang tidak menentu dinilai membuat para wisatawan mempertimbangkan destinasi alternatif yang lebih memungkinkan untuk melakukan aktivitas meskipun beberapa kali musim hujan masih kerap terjadi.
PHRI juga mencatat adanya kecenderungan wisatawan yang mengalihkan tujuan liburan ke daerah lain, seperti salah satunya adalah Yogyakarta. Destinasi tersebut dinilai menawarkan pilihan wisata budaya, kuliner, dan aktivitas kota yang relatif tidak bergantung pada kondisi cuaca. Peralihan tersebut yang dianggap menjadi salah satu penyebab kenapa Bali tidak menjadi destinasi utama untuk wisatawan.
BACA JUGA:Diisukan Tidak Lagi Ramai Saat Natal dan Tahun Baru, Gubernur Koster Bantah Isu Bali Sepi Wisatawan
Selain itu pihak PHRI juga menyatakan terdapat wisatawan domestik yang memilih berlibur ke destinasi lain karena mempertimbangkan faktor cuaca dan kenyamanan dalam perjalanan. Meski demikian, PHRI menilai kondisi ini tidak serta-merta mencerminkan penurunan daya tarik Bali secara keseluruhan.
Bali akan tetap menjadi destinasi yang memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan nasional, tetapi faktor musiman seperti cuaca dan harga transportasi turut memengaruhi pola kunjungan wisatawan dan hal seperti itu lazim terjadi di industri pariwisata.