DENPASAR, DISWAY.ID - Biasanya setiap enam bulan warga Desa Munggu, Kabupaten Badung, Bali akan melaksanakan tradisi Bernama Mekotek.
Adapun, tradisi Mekotek ini adalah ritual yang menggunakan kayu sebagai sarana Utama.
Bukan hanya sekadar pertunjukan, namun tradisi ini sudah dianggap dan dipercaya sebagai warisan leluhur penolak bala.
BACA JUGA:Sejarah dan Makna Peringatan Hari Kartini, Sosok Teladan Emansipasi Wanita!
BACA JUGA:Pemprov Bali Resmi Luncurkan Pemancar TV Digital Turyapada Tower di Dataran Tinggi Buleleng
Bahkan, melansir dari situs Kemdikbud, tradisi Mekotek ditetapkan sebagai warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2016.
Awal Mula Tradisi Mekotek di Bali
Tradisi ini berawal dari adanya penyambutan prajurit kerajaan Mengwi yang pulang usai menang dari Kerajaan Blambangan di Jawa.
Sejak saat itu, tradisi atau ritual tersebut diwariskan secara turun-temurun sebagai bentuk simbol kemenangan dan persatuan.
Sayangnya, di masa kolonial Belanda tahun 1915, tradisi Mekotek sempat dilarang karena dianggap memicu adanya pemberontakan
BACA JUGA:Bali 7S: Festival Turnamen Sepak Bola Usia Dini Terbesar di Asia Kembali Digelar, Diikuti 389 Tim!
Namun, munculnya larangan itu malah diikuti dengan menyebarnya wabah penyakit.
Saat tradisi Mekotek dihidupkan Kembali, wabah penyakit justru langsung mereda sehingga masyarakat menjadi akin jika Mekotek adalah ritual sebagai penolak bala.
Mekotek sendiri digelar setiap 210 hari sekali atau bertepatan dengan Hari Raya Kuningan di dalam Kalender Hindu.
Umumnya, ada sekitar 2.000 warga dari 15 banjar di desa Munggu turut ikut serta, yang terdiri dari pria berusia 12 hingga 60 tahun.