Mereka semua mengenakan pakaian adat madya, yaitu kancut dan udeng batik sebelum berkumpul di pura dalem Munggu untuk melaksanakan persembahyangan.
Usai ritual doa, nantinya peserta akan membawa tongkat kayu pulet sepanjang 2-3,5 meter yang dihiasi tamiang dan daun pandan.
Kayu-kayu tersebut kemudian disatukan membentuk piramida, sambil saling bergesekan menghasilkan bunyi tek-tek yang menjadi asal nama mekotek.
Memanjat hingga Puncak
Sejumlah peserta memanjat sampai ke puncak piramida dan memberi komanda untuk menabrak formasi kelompok lain.
Semua ini dilakukan sembari diiringi dengan alunan gamelan.
BACA JUGA:Bali Zoo Tawarkan Diskon Tiket Spesial Galungan dan Kuningan, Cek Cara Klaimnya
Awalnya, Mekotek ini memakai tombak besi sebagai simbol semangat perang.
Namun, karena banyak korban luka berjatuhan maka senjata diganti dengan kayu supaya lebih aman.
Walaupun terlihat cukup berbahaya, tak pernah ada permusuhan di dalam ritual ini.
Hadirnya tradisi Mekotek ini justru menjadi salah satu ajang mempererat kebersamaan masyarakat setempat
Keunikan dari tradisi Mekotek ini tentunya jadi pusat perhatian, baik dari wisatawan lokal atau asing yang tengah berkunjung ke Bali, apalagi saat di Hari Raya Kuningan.
Pemerintah Indonesia juga telah mengakui nilai budaya tradisi Mekotek cukup kuat sehingga menetapkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda tahun 2016 silam.