BIH Padukan Seni dan Healing Environment
(dari kanan) Direktur Bali International Hospital (BIH), dr Sheira, didampingi Seniman, Sherry Winata, saat memaparkan salah satu karyanya kepada beberapa peserta workshop, di Bali International Hospital, Selasa, 16 Desember 2025.-Rivansky Pangau-
"Secara objektif belum, jadi mungkin nanti ke depannya terima kasih masukannya. Mungkin kita bisa pertimbangkan ke arah sana," tuturnya.
Sebagai informasi, BIH merupakan rumah sakit tipe general hospital dengan sejumlah layanan unggulan, di antaranya jantung, kanker, layanan saraf, saluran cerna, serta ortopedi.
"Tapi sentral salansnya fokusnya ke jantung, ke kanker, ke layanan syaraf, layanan sarulan cerna. Dan untuk masalah tulang, orkopedi," pungkas dr. Sheira.
Sementara itu, dalam pameran ini Sherry Winata menyajikan tujuh karya yang merepresentasikan perjalanan personal dan spiritual dalam menyelami alam bawah sadar, kesadaran, hingga kesadaran tinggi manusia.
Bagi Sherry, melukis bukan sekadar aktivitas artistik, melainkan medium untuk mengungkapkan pengalaman batin yang tak mampu diwakili oleh bahasa.
Karya demi karya lahir dari keheningan—saat pikiran mereda dan hati serta jiwa mulai berbicara.
Dalam ruang tersebut, lukisan menjadi pertemuan antara emosi terdalam, luka yang terpendam, dan pencarian makna hidup.
Melalui praktik meditasi, perjalanan spiritual, serta eksplorasi emosi selama bertahun-tahun, Sherry memandang kegelapan batin bukan sebagai musuh, melainkan pesan jiwa yang perlu direngkuh.
“Rasa sakit, duka, kemarahan, dan bayangan diri menjadi bagian dari proses alkimia batin—di mana luka berubah menjadi kebijaksanaan, rasa sakit menjadi kekuatan, dan bayangan menjelma keindahan,” tutur Sherry.
Ia juga menyebut karyanya terinspirasi dari pemikiran Carl Jung tentang alam bawah sadar. Melalui warna, tekstur, dan bentuk, hal-hal yang tak terucapkan dihadirkan ke dalam ruang visual.
“Karya saya mewakili emosi yang tak memiliki bahasa, sekaligus peta jalan pulang menuju jati diri,” ujarnya.
Kedalaman makna karya Sherry Winata juga diperkuat oleh pemilihan material seperti batu permata, kristal, mineral, resin, dan material berlapis yang bersifat simbolis—sebagai metafora perjalanan batin dari luka menuju kejernihan dan cahaya.
General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi, mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai kolaborasi pameran dengan sejumlah seniman, termasuk beberapa kali dengan Sherry Winata.
Uniknya, pameran tidak hanya digelar di galeri atau art fair, tetapi juga di lokasi yang tidak lazim seperti Bali International Hospital Sanur.
Menurut Andry, pameran ini mengajak publik memandang seni bukan hanya sebagai pengalaman visual, tetapi juga sebagai proses refleksi, penyembuhan, dan perjalanan menuju keutuhan diri.
Sumber: