BMKG Sebut Keberhasilan OMC Efektif Tekan Titik Panas dan Cegah Asap Lintas Batas

BMKG Sebut Keberhasilan OMC Efektif Tekan Titik Panas dan Cegah Asap Lintas Batas

BMKG Sebut Keberhasilan OMC Efektif Tekan Titik Panas dan Cegah Asap Lintas Batas.--Dok. BMKG

Lebih lanjut, hingga siang hari pada 3 Agustus 2025, telah dilakukan 27 sorti penyemaian awan dengan total penggunaan 26,4 ton bahan semai NaCl. Hasil dari operasi tersebut menunjukkan tidak adanya hotspot dengan kategori high confidence maupun sebaran asap di wilayah Kalimantan Barat.

“Ini capaian yang sangat positif dan harus dijaga konsistensinya. Bukti bahwa pendekatan ilmiah memberikan dampak nyata di lapangan,” tegasnya.

Sejak musim hujan di bulan April, BMKG telah melakukan analisis dan prediksi musim kemarau serta potensi karhutla. Hasil prediksi tersebut secara rutin dilaporkan kepada Presiden, dengan tembusan kepada kementerian/lembaga terkait serta pemerintah daerah yang wilayahnya diprediksi rawan karhutla.

“Prediksi ini terus diperbarui secara berkala bulanan, 10 harian, bahkan mingguan melalui analisis tingkat kemudahan lahan terbakar berdasarkan kondisi cuaca, iklim, dan parameter permukaan lahan,” ungkap Dwikorita.

BACA JUGA:IFMAC WOODMAC 2025 Dorong Transformasi Furnitur di Indonesia

Berkat kesiapan data dan sistem prediksi tersebut, pelaksanaan OMC saat ini mampu mencapai tingkat akurasi antara 80 hingga 95 persen. 

Koordinasi lintas sektor pun, tambah Dwikorita, dilakukan secara cepat, baik secara digital maupun melalui kerja lapangan bersama Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, serta pemerintah daerah setempat.

Gubernur Kalimantan Barat sendiri telah menetapkan status Siaga Darurat sejak 5 Juni 2025 dan memimpin langsung apel siaga Karhutla. 

Langkah ini menunjukkan kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga September.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hanif Faisol Nurrofiq menyampaikan bahwa pelaksanaan Inpres No. 3 Tahun 2020 terus diperkuat, termasuk evaluasi terhadap efektivitas penanggulangan Karhutla berbasis teknologi. 

Ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif jajaran daerah dan aparat keamanan dalam mendeteksi serta menindak pelaku pembakaran lahan.

“BMKG telah mengidentifikasi potensi asap lintas batas, dan itu harus menjadi perhatian serius. Keterlibatan Pangdam, Kapolda, Lanud, hingga Lanal menjadi kunci penting dalam respons dini,” tegas Hanif.

Sementara itu, Kepala BNPB Suharyanto mengingatkan bahwa dinamika hotspot sangat fluktuatif. Meski sempat menurun berkat OMC, jumlah titik panas kembali meningkat akibat pembakaran lahan secara sengaja.

“Pemda tidak boleh ragu untuk menetapkan status Tanggap Darurat jika api makin meluas. Itu akan mempercepat dukungan logistik dan operasi dari pusat,” katanya.

Ia juga mendorong penguatan Satgas Darat dan penegakan hukum yang tegas sebagaimana telah dilakukan di Riau.

Sumber: