Di satu sisi, ciri khas dari Hari Raya Kuningan terletak pada sesajen yang biasa digunakan oleh umat Hindu, terutama di Bali.
Jika dalam upacara keagamaan lainnya, sering digunakan nasi putih, maka pada peringatan Hari Kuningan ini menggunakan nasi kuning.
Sebab, dalam keyakinan masyarakat Hindu Bali, nasi kuning dianggap sebagai lambang kemakmuran yang telah dikaruniakan oleh Tuhan.
Hal tersebut menjadikan makna Hari Raya Kuningan semakin dalam sebagai bentuk rasa syukur umat terhadap keberlimpahan yang mereka terima.
Pelaksanaan persembahyangan di Hari Raya Kuningan mempunyai aturan waktu yang khas.
BACA JUGA:Jadwal Lengkap Jalur Penerimaan SPMB SMA/SMK Pemprov Bali 2025, Calon Peserta Didik Wajib Tahu!
Biasanya, umat Hindu akan melakukan upacara sekitar pukul 12.0o siang.
Hal tersebut berdasarkan keyakinan bahwa saat itu dewa beserta leluhur turun ke bumi untuk memberikan restu.
Setelah tengah hari, mereka pun dipercaya untuk kembali ke kahyangan.
Adanya ketentuan ini menjadi salah satu bentuk penghormatan waktu dalam tradisi Hindu Bali yang membedakan Hari Kuningan dengan hari suci lainnya.
Walau Hari Raya Kuningan jadi bagian yang tak terpisahkan dari spiritualitas masyarakat Bali, justru perayaan ini tak dikenal dalam praktik atau tradisi umat Hindu di India.
BACA JUGA:Rosan Roeslani: Seluruh 844 BUMN Resmi Beralih ke Danantara, Hadir di Waktu yang Sangat Tepat
Menurut Ida Bagus Alit Wiratmaja menegaskan bahwa Hari Raya Kuningan merupakan tradisi khas umat Hindu Indonesia, khususnya di Bali
Tentunya, ini menunjukkan bahwa makna Hari Raya Kuningan juga mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal yang tidak ditemukan di wilayah lain.