Mulanya, tarian tersebut diciptakan oleh para petani untuk menghibur diri saat sedang istirahat bekerja.
Namun seiiring berjalannya waktu, tarian ini pertama kali dipentaskan saat musim panen oleh petani di Desa Lokapaksa.
Pada tahun 1997, pementasan tarian Joged Bumbung mulai mengalami pergeseran makna akibat krises moneter.
Sehingga pergeseran budaya tersebut berubah makna dari semula tarian pergaulan atau persahabatan menjadi tari erostis untuk menarik perhatian penonton.
BACA JUGA:Romi: Kadin Beri Perhatian Khusus Pondok Pesantren
Kunikan Tarian Joged Bumbung
Sementara itu, keunikan dari tarian ini terletak pada kelincahan penari yang dinamis dan penuh improvisasi sesuai irama.
Dibandingkan dengan tari tradisional Bali lainnya, Joged Bumbung lebih aktraktif dan merakyat dengan mengajak penonton untuk ikut menari bersama.