"Tapi sentral salansnya fokusnya ke jantung, ke kanker, ke layanan syaraf, layanan sarulan cerna. Dan untuk masalah tulang, orkopedi," pungkas dr. Sheira.
Sementara itu, dalam pameran ini Sherry Winata menyajikan tujuh karya yang merepresentasikan perjalanan personal dan spiritual dalam menyelami alam bawah sadar, kesadaran, hingga kesadaran tinggi manusia.
Bagi Sherry, melukis bukan sekadar aktivitas artistik, melainkan medium untuk mengungkapkan pengalaman batin yang tak mampu diwakili oleh bahasa.
Karya demi karya lahir dari keheningan—saat pikiran mereda dan hati serta jiwa mulai berbicara.
Dalam ruang tersebut, lukisan menjadi pertemuan antara emosi terdalam, luka yang terpendam, dan pencarian makna hidup.
Melalui praktik meditasi, perjalanan spiritual, serta eksplorasi emosi selama bertahun-tahun, Sherry memandang kegelapan batin bukan sebagai musuh, melainkan pesan jiwa yang perlu direngkuh.
“Rasa sakit, duka, kemarahan, dan bayangan diri menjadi bagian dari proses alkimia batin—di mana luka berubah menjadi kebijaksanaan, rasa sakit menjadi kekuatan, dan bayangan menjelma keindahan,” tutur Sherry.
Ia juga menyebut karyanya terinspirasi dari pemikiran Carl Jung tentang alam bawah sadar. Melalui warna, tekstur, dan bentuk, hal-hal yang tak terucapkan dihadirkan ke dalam ruang visual.
“Karya saya mewakili emosi yang tak memiliki bahasa, sekaligus peta jalan pulang menuju jati diri,” ujarnya.
Kedalaman makna karya Sherry Winata juga diperkuat oleh pemilihan material seperti batu permata, kristal, mineral, resin, dan material berlapis yang bersifat simbolis—sebagai metafora perjalanan batin dari luka menuju kejernihan dan cahaya.
General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi, mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai kolaborasi pameran dengan sejumlah seniman, termasuk beberapa kali dengan Sherry Winata.
Uniknya, pameran tidak hanya digelar di galeri atau art fair, tetapi juga di lokasi yang tidak lazim seperti Bali International Hospital Sanur.
Menurut Andry, pameran ini mengajak publik memandang seni bukan hanya sebagai pengalaman visual, tetapi juga sebagai proses refleksi, penyembuhan, dan perjalanan menuju keutuhan diri.
Seperti halnya saat menghadirkan karya mendiang maestro Made Winata sebelumnya, G3N Project memandang langkah BIH menyatukan teknologi kedokteran modern dengan nilai-nilai estetika sebagai upaya membangun ruang penyembuhan yang utuh.