KARANGASEM, DISWAYBALI.ID -- Viral, wisatawan menceritakan pengalaman yang kurang mengenakan kala tiba di Pelabuhan Padangabai, Karangasem, Bali. Dalam narasinya, pria itu diduga terintimidasi oleh supir taksi lokal.
Sebuah video yang diunggah oleh pengguna TikTok @farisrasyadan menjadi perbincangan hangat di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Nampak dalam video itu, diduga pria bernama Faris membagikan kisah tidak menyenangkan saat baru saja tiba di Pelabuhan Padangbai, Bali, dari Lombok.
BACA JUGA:Viral! Buat Video AI “Hari Pertama Masuk Neraka” Jadi Candaan, Netizen Geram
Dalam video tersebut, ia menceritakan situasi tidak nyaman akibat ulah para sopir taksi lokal yang menurutnya bersikap memaksa dan intimidatif, bahkan Faris menyebutnya sebagai bentuk 'begal halus'.
Faris bercerita, sesuai dengan isi dalam video, dia tiba di Padangbai sekitar pukul 04.00 WITA setelah menyeberang dari Pelabuhan Lembar.
Lalu ia turun dari kapal bersama rekannya, dan langsung didekati oleh sekelompok sopir lokal yang menawarkan jasa angkut dengan cara mendesak.
BACA JUGA:Viral! Video Presiden Macron dan Letkol Teddy Naiki Stupa Candi Borobudur, Tuai Kecaman Netizen
"Kami bahkan belum keluar pelabuhan, tapi sudah dikejar-kejar. Meskipun kami sudah menolak, mereka terus memaksa, membuat kami merasa terancam," ujarnya seperti dikutip dalam video viral itu, Kamis, 26 Juni 2025.
Fariz menuturkan, dirinya sempat mendapat informasi dari seorang sopir di Lombok bahwa layanan taksi online di Padangbai sangat terbatas.
Meski begitu, ia tetap mencoba memesan kendaraan online setelah berjalan sekitar satu kilometer dari area pelabuhan. Namun, ketika kendaraan online mereka tiba, mobil tersebut dihentikan oleh sopir lokal.
BACA JUGA:Viral! Video Pak Tarno Menangis Sendirian dan Meringkuk dengan Tongkat di Kota Tua
Mereka meneriaki pengemudi, memaksa penumpang turun, dan menciptakan situasi yang tidak aman.
Faris akhirnya memilih menghindar ke penginapan terdekat untuk menenangkan diri sebelum akhirnya berhasil memesan taksi online secara diam-diam, dengan mematikan aplikasi agar tidak terdeteksi.
"Saya memahami mungkin ada aturan lokal terkait transportasi, tapi sikap yang kami alami jauh dari ramah. Mereka memaksa, membuntuti, dan mematok harga tinggi," keluhnya.