Shutdown AS hingga Data Ekonomi Domestik Diperkirakan Pengaruhi IHSG Pekan Ini

Shutdown AS hingga Data Ekonomi Domestik Diperkirakan Pengaruhi IHSG Pekan Ini

Analis BRI Danareksa menyoroti kondisi teknikal IHSG yang saat ini tetap berada di atas garis rata-rata pergerakan 20 hari -Freepik-

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang menjaga tren positif dengan bertahan di atas level psikologis 8.000 pada pekan depan.

Dalam laporan riset mingguan, analis BRI Danareksa menyoroti kondisi teknikal IHSG yang saat ini tetap berada di atas garis rata-rata pergerakan 20 hari (SMA20). 

"Selama indeks bisa bertahan di atas area tersebut, peluang kenaikan terbuka menuju 8.156 hingga 8.234," tulis tim riset, Minggu, 5 Oktober 2025.

BACA JUGA:Inflasi September 2025 Naik 0,21 Persen, Cabai Merah dan Ayam Ras Jadi Pemicu

Meski begitu, potensi tekanan tetap perlu dicermati. Analis menilai indikator Bollinger Bands menunjukkan IHSG sudah menyentuh garis atas (upper band). 

Apabila indeks terkoreksi, maka rentang pelemahan berada di sekitar middle band hingga lower band pada kisaran 7.977–7.674.

Selain faktor teknikal, beberapa agenda ekonomi domestik diprediksi ikut memberi warna pada pergerakan pasar. 

Data cadangan devisa yang dirilis 7 Oktober, dan indeks keyakinan konsumen serta penjualan sepeda motor pada 8 Oktober, hingga publikasi FOMC Minutes dan retail sales Indonesia pada 9 Oktober 2025 menjadi sorotan pelaku pasar.

Dari sisi eksternal, kondisi politik Amerika Serikat juga menambah kewaspadaan investor. 

BACA JUGA:BNI Dorong Transparansi Lewat Edukasi di Hari Hak untuk Tahu Sedunia

Rencana penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) diperkirakan memicu peralihan dana global ke instrumen safe haven seperti emas dan dolar AS. 

Hal ini berpotensi melemahkan nilai tukar Rupiah dan menekan IHSG akibat capital outflow.

"Jika shutdown berkepanjangan, dampaknya bukan hanya ke pasar keuangan, tapi juga bisa menggerus konsumsi masyarakat AS yang akhirnya berimbas pada ekspor Indonesia," ungkap analis dalam risetnya.

Sumber: