Ini Peran Penting Jurnalis Mengabarkan Informasi Data Saat Bencana Terjadi

Minggu 05-10-2025,19:19 WIB
Reporter : Diajeng Vayantri Dewi

 

"Ancaman hujan 150 mm per hari sudah ekstrem hari itu, 390 mm dua Kali ekstrem. Lalu ancaman kedua gelombang pasang 2 meter lebih aliran sungai ke laut terhambat gelombang pasang dan gelombang rossby juga," ungkap Teja.

 

Ia menyebut, kerentanan kondisi masyarakat yang ada di zona rawan banjir, masyarakat di pinggir sungai, sehingga banyak tergerus karena fisik non fisik bahkan ada bangunan memakan sungai. 

 

Dirinya menuturkan area tutupan lahan problem sehingga semua air hujan mengalir ke sungai dan adanya sampah kolaborasi kerentanan dan ancaman peringatan dini sungai di Bali.

 

"391 sungai melewati area masyarakat. Ada 4 sungai area rentan, perlu peringatan ini dan perlu banyak makanya perlu kolaborasi, Ada DPR KOMISI 8 Saya minta ada support pusat dan daerah juga. Peringatan dini penting," ucap dia.

 

Dalam kesempatan tersebut, Kadek Setiya Wati menjelaskan alasan terjadinya banjir pada 10 September 2025  itu dalam sisi BMKG. Kadek Setiya memaparkan beberapa faktor penyebab banjir yang menewaskan belasan warga dan kerugian ratusan juta tersebut. 

 

Hal mendasar yang harus media pahami adalah istilah cuaca dan iklim. Jadi cuaca mengacu pada kondisi cuaca sekitar sehari-hari yang lebih spesifik, seperti cerah hujan dan lainnya, iklim rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang panjang. 

 

"Cuaca itu berubah-ubah, stabil, atau ekstrem. Ekstrem ini sebenarnya adalah fenomena Alam di mana terjadi kondisi yang tidak lazim sehingga dapat menimbulkan ancama seperti angin kencang, puting beliung, dan lainnya," katanya di Denpsar, Minggu 5 Oktober 2025.

 

Ia menjelaskan, cuaca ekstrem bisa memicu bencana hidrometerologi di Bali seperti banjir Tanah longsor kekeringan angin kencang puting beliung dan gelombang tinggi atau di atas 2 meter yang sering terjadi di selatan Bali. Karena perbatassn dengan samudera hindia di selatan. 

Kategori :