Menurutnya, bahwa ancaman cuaca ekstrem kita melihat berbagai skala metereologi, ada beberapa paling sering disebut El Nino dan La Nina. EL Nino biasanya di wilayah menjadi kering La Nina menjadi lebih basah. Kondisi suhu air laut menghangat terutama di samudera ekuarotial pada El Nino. Nah La Nina kebalikannya Monsun angin musiman berubah arah secara periodic ada barat, timur Asia dan Australia bulan Desember sampai maret musim hujan april sampai septeber kebalikannya.
"Banjir 10 September ada factor gelombang atmosfere aktif, itu gelombang rosdi disebabkan topografi atau pemanasan sinar matahari. Gelombang atmosfer banyak pengaruh di Bali gelombang Kelvin dan rosbby dan lainnya," ungkap dia.
Kadek Setiya Wati mengaku jika gelombang Kelvin dan Rossby aktif di wilayah Indonesia, kemudian didukung global regional akan bisa mengakibatkan terjadinya hujan ekstrem seperti tanggal 10 September 2025 lalu. Seperti siklon tropis terbentuk di lautan yang hangat, menyebabkan hujan ekstrem dan gelombang laut tinggi. Di mana konvergensi pertemuan angin dan belokan angin kedua fenomena bisa memicu atau trigger awan CB (Cumulonimbus) ke cuaca ekstrem di Bali.