Dampak Penutupan TPA Suwung, Gila Selingkuh Tegaskan Warga Harus Mampu Mengelola Sampah dari Rumah

Dampak Penutupan TPA Suwung, Gila Selingkuh Tegaskan Warga Harus Mampu Mengelola Sampah dari Rumah

Potret Gila Selingkuh membersihkan sampah di bantaran sungai.-Diajeng Vayantri Dewi/Disway.id-

Tak hanya itu, Gung Nik mencontohkan perilaku masyarakat di wilayah yang ia tinggal yakni di Tukad Bindu. 

Di sana masyarakatnya sudah mulai sadar pentingnya mengelola sampah dari sumbernya.

BACA JUGA:Imbas Penutupan TPA Suwung, Belasan Motor Pengangkut Sampah Parkir di Depan Kantor Gubernur Bali

Selain itu, bagi beberapa masyarakat yang tidak melakukannya mereka dapat bekerjasama dengan pihak kelurahan yang ikut dalam swa kelola sampah TPS3R Tempat Pengolaha Sampah dengan prinsip 3R Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang).

Diketahui, warga di Tukad Bindu juga sudah sejak lama mengubah sampah menjadi kompos yang berguna untuk kehidupan masyarakat itu sendiri. 

Salah satunya adalah melalui pengolahan Tebe Modern, yang mereka jadikan sebagai alternatif untuk mengelola sampah yang dihasilkan.

Gung Nik membocorkan bagaimana masyarakat di wilayah tersebut menggunakan Tebe Modern selain membantu menyuburkan tanah di lingkungan tinggal mereka. 

Hanya dengan cara sederhana, mereka bisa menekan jumlah volume sampah yang berakhir di TPA sekaligus mengelola mental block dari masyarakat itu sendiri. 

BACA JUGA:Menteri Lingkungan Hidup Berjanji Siapkan Pengolahan Sampah Menjadi Listrik di Bali, Pembangunan Mulai 2026

"Dari lama masyarakat bantaran di Tukad Bindu tidak banyak membuang sampah ke TPA, mereka mengelolanya sendiri dengan membuat lubang-lubang untuk sampah organik. Lalu sampah plastik mereka bekerjasama dengan bank sampah. Yang menjadi sesuatu bernilai ekonomi tinggi, sampah organiknya mereka menggunakan tebe modern dan mengubahnya menjadi kompos," ungkap Gung Nik. 

Gung Nik menjelaskan, ketertarikan masyarakat di sekitar bantaran Tukad Bindu untuk selalu peduli dengan lingkungan sekitar mereka menjadi faktor berjalannya pengelolaan sampah di wilayah itu. 

Untuk menghasilkan ketertarikan perlu adanya pemantik yang mampu menghasilkan nilai ekonomi yang berguna untuk perputaran perekonomian dengan cara O3 (otak, otot, dan ongkos). 

BACA JUGA:Percepat Gerakan Anti Sampah Plastik Sekali Pakai, Pemprov Bali Luncurkan Inisiatif Terpadu

Sebulan sekali masyarakat di bantaran Tukad Bindu menukar sampah plastik di banjar (tempat bersosial masyarakat Bali). 

"Tanpa adanya ekonomi ketertarikan masyarakat pasti berkurang, Makanya kita harus memikirkan cara pengelolaan sampah dan mengembangkan ekonomi harus berjalan beriringan," pungkasnya.

Sumber: