Banjir Bali Bongkar Masalah Tata Ruang, Alih Fungsi Lahan hingga Masalah Sampah

Banjir Bali Bongkar Masalah Tata Ruang, Alih Fungsi Lahan hingga Masalah Sampah

Banjir Bali Bongkar Masalah Tata Ruang, Alih Fungsi Lahan hingga Masalah Sampah--Instagram Info Denpasar

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Bencana banjir yang belakangan ini melanda Bali membuat hadirnya komunikasi terbuka mengenai tata kelola lingkungan, terutama perihal alih fungsi lahan hingga persoalan sampah.

Beberapa pengamat juga menilai dengan adanya perubahan penggunaan lahan ini yang menyebabkan banjir di Bali semakin parah.

Karena banjir di Bali yang kemarin terjadi membuka kembali perdebatan lama mengenai tata ruang dan fungsi lahan.

BACA JUGA:Prabowo Subianto Kunjungi Lokasi Banjir Bali Sekaligus Tinjau Kondisi Pascabencana

Banjir yang terjadi di Bali menjadi sorotan karena bencana alam tersebut menyebabkan korban jiwa berjatuhan. Dari beberapa pakar dan pemerintah juga menegaskan banjir yang terjadi disebabkan karena adanya alih fungsi lahan dan minimnya ruang hijau di Bali.

Seperti yang dikatakan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisal Nurrofiq meminta kepada Gubernur Bali, Wayan Koster agar dengan segera menghentikan konversi-konversi lahan di Bali.

Selain itu Hanif Faisal Nurrofiq juga menegaskan harus melakukan pengoptimalan untuk gedung-gedung, peningkatan kapasitas, tapi tidak boleh adanya perubahan peluasan lahan karena dirasa posisinya sudah tidak memungkinkan untuk menahan kalibrasi alam.

Lalu nanti akan ada reboisasi untuk memulihkan kembali hutan yang terkena dampak dari pengalihan fungsi lahan. Kegiatan ini nantinya akan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov Bali, serta Pemerintah Daerah.

Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali juga mengungkapkan dengan adanya alih fungsi lahan yang masif ini maka bencana yang menimpa Bali kemarin akan semakin parah.

BACA JUGA:Tinjau Korban Banjir Bali, Wapres Gibran Pastikan Pemerintah Dampingi Korban

Meskipun Gubernur Bali menampik persoalan bahwa alih fungsi lahan di Denpasar sebenarnya bukan masalah utama penyebab banjir, dan mengatakan bahwa kawasan yang mengalami alih fungsi hanya di sekitar Badung dan Gianyar. Namun beliau juga mengakui evaluasi tata ruang harus dilakukan agar bisa mencegah bencana alam yang terjadi.

Namun Walhi Bali juga mencatat bahwa adanya degradasi lahan di kawasan Bali, seperti di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan yang diketahui mencapai 3-6% di sepanjang 2018-2023 dan hal itu yang membuat lahan pertanian semakin menyusut.

Hanif Faisal Nurrofiq juga menyoroti perihal sampah yang menimbun dan dikatakan masalah sampah di Bali juga masih jauh dari tuntas. Timbunan sampah di Bali menyumbat drainase dan aliran sungai. 

Melansir dari IESR, Institute for Essential Services Reform, timbunan samah di Bali naik 30% dalam periode waktu 2000-2004 dan juga diketahui sampah di Bali mencapai 1,2 juta ton, Kota Denpasar menjadi penyumbang terbesar sebanyak 360 ribu ton. Tentu saja perihal sampah ini juga dikatakan perlu melibatkan banyak pihak.

Sumber: