Dr. Tan Shot Yen Kritik MBG di DPR, MBG Harus Utamakan Keamanan dan Menu Lokal

Dr. Tan Shot Yen Kritik MBG di DPR, MBG Harus Utamakan Keamanan dan Menu Lokal

Dr. Tan Shot Yen mengkritik keras pemerintah saat diundang ke DPR terhadap program MBG mulai dari menu yang disajikan hingga standar keamanan pangan--

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menghabiskan anggaran hingga triliunan rupiah belakangan ini terus disorot.

Kali ini dokter sekaligus ahli gizi, dr. Tan Shot Yen mengkritik keras pemerintah saat diundang ke DPR terhadap program Makan Bergizi Gratis mulai dari menu yang disajikan hingga standar keamanan pangan.

Membuat publik memuji karena akhirnya ada seorang ahli yang juga merasakan resah dengan program Makan Bergizi Gratis yang berani untuk mengkritik pemerintah dengan pedas.

BACA JUGA:Program Makan Bergizi Disorot, Ribuan Anak Jadi Korban

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai kritik tajam, kali ini datang dari dr. Tan Shot Yen sebagai seorang ahli gizi sekaligus dokter yang diundang ke DPR untuk memberikan implementasi terkait program tersebut.

Dalam forum tersebut dr. Tan Shot Yen menyoroti beberapa aspek penting, dimulai kualitas menu, kemanan pangan, hingga keberpihakan pada bahan pangan lokal.

Salah satu kritik pedas muncul saat dr. Tan menyoroti tentang menu yang disajikan dalam program MBG. Menurut dr. Tan, pilihan makanan seperti burger sama sekali tidak mencerminkan kekayaan pangan lokal Indonesia.

Selain itu burger yang diberikan juga berpotensi tidak bisa memenuhi gizi anak-anak secara optimal. Dr. Tan dalam pidatonya menyampaikan lebih baik pemerintah memanfaatkan pangan lokal dengan menghadirkan makanan khas daerah yang kaya akan nutrisi.

Dr. Tan berbicara, pada awal-awal program MBG berjalan pihak mereka sudah menyarankan untuk mengisi MBG dengan 80% menu lokal di seluruh wilayah.

BACA JUGA:Anggaran Pendidikan Terpangkas Rp 233 Triliun untuk Biayai Program Makan Bergizi Gratis

"Saya ingin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya ingin anak Sulawesi bisa makan kapurung. Tapi yang terjadi dari Lokhnga sampai dengan Papua yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di Indonesia," ujar dr. Tan Shot Yen.

Lalu dr. Tan juga merasa marah dengan menu MBG yang disajikan oleh para SPPG di mana seharusnya makanan menu MBG bisa bergizi, tetapi malah sebaliknya yang terjadi di lapangan.

"Maaf, ya, itu isi burgernya kastanisasi juga, kalau dekat dengan pusat supaya keliatan bagus yang disajikan pakai chicken katsu, tapi coba kalau yang di daerah dan SPPG-nya juga agak sedikit main, dikasih ituloh benda tipis berwarna pink. Saya saja tidak pernah mengatakan itu adalah daging olahan. Lalu dilakukan do it your own atau DIY. Astaga, bukan itu kan tujuan MBG. Dan ini mau sampai kapan makannya burger?" imbuhnya.

Selain dari menu MBG, dr. Tan juga menyoroti tentang kemanan makanan yang disajikan, di mana Badan Gizi Nasional sudah menuliskan suhu ideal untuk makanan MBG tidak boleh di bawah suhu 60 derajat atau nantinya jamur bisa tumbuh, maka dari itu dia menyarankan untuk memanfaatkan kantin sekolah agar makanan tetap hangat dan higienis.

Sumber: