Mengulik Penjor Galungan, Makna Setiap Unsur dan Filosofi Kehidupan Umat Hindu Bali

Mengulik Penjor Galungan, Makna Setiap Unsur dan Filosofi Kehidupan Umat Hindu Bali

Perayaan Hari Raya Galungan selalu identik dengan kehadiran Penjor Galungan yang menjulang indah depan rumah umat Hindu Bali--freepik

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Perayaan Hari Raya Galungan selalu identik dengan kehadiran Penjor Galungan yang menjulang indah depan rumah umat Hindu Bali yang selama ini menjadi simbol kemakmuran dan kemenangan dharma melawan adharma sebagai inti dari tradisi Galungan.

Dalam setiap proses pembuatan Penjor Galungan, masyarakat Bali tidak hanya menata bambu dan janur, tetapi juga menyisipkan nilai-nilai filosofis yang sudah diwariskan secar turun-temurun.

Melalui keindahan Penjor Galungan, kita dapat melihat kekayaan budaya Bali yang penuh dengan makna dan spiritualitas yang mendalam, sekaligus menjadi penanda kekuatan tradisi yang tetap terjaga di tengah perkembangan zaman.

BACA JUGA:Alternatif Wisata: Deretan Pasar Akhir Pekan Paling Hits di Bali

Pada setiap perayaan Hari Galungan, kehadiran Penjor menjadi salah satu simbol paling khas yang ada di Bali. Penjor tidak hanya sekedar hiasan yang ditempatkan di depan rumah, tetapi sebagai lambang kemakmuran, rasa syukur, dan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi atas kemenangan dharma melawan adharma.

Tradisi pembuatan Penjor telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian penting dari rangkaian Perayaan Galungan. Proses pembuatan Penjor biasanya dilakukan pada hari Penampahan Galungan, yaitu di satu hari sebelum Galungan.

Maka hari di mana Penjor dibuat, keluarga-keluarga di Bali akan menyiapkan bahan-bahan utama yang terdiri dari sebatang bambu panjang yang melengkung, janur, atau daun kelapa muda, padi, kelapa, tebu, umbi-umbian, serta aneka hiasan yang disebut sampian.

Bambu dipilih karena sifatnya yang kokoh dan lentur, sehingga mudah dibentuk menjadi lengkungan yang menjulang tinggi. Lengkungan tersebut yang melambangkan Gunung Agung sebagai gunung tertinggi dan gunung yang paling suci bagi masyarakat Bali.

Setiap bahan yang disematkan pada Penjor memiliki makna filosofis yang mendalam. Janur sebagai salah satu hiasan utama yang melambangkan kesucian dan ketulusan dalam memberikan persembahan.

BACA JUGA:Hal-hal yang Perlu Diketahui Sebelum Masuk Kawasan Pura di Bali

Padi yang biasanya digantung pada bagian depan Penjor, merupakan simbol kemakmuran dan sumber rezeki. Kelapa dipilih sebagai simbol representasi kehidupan karena seluruh bagiannya dapat bermanfaat bagi manusia. 

Tebu mencerminkan kelimpahan, sementara umbi-umbian seperti talas atau ketela menggambarkan hubungan manusia dengan alam yang memberikan sumber pangan. Semua unsur tersebut menyatu sebagai wujud dari rasa syukur atas berkah dan hasil bumi yang diberikan oleh alam.

Selain unsur utama, Penjor juga dilengkapi dengan hiasan berupa sampian yang dibuat dari janur yang dianyam secara artistik. Sampian memberikan sentuhan estetika sehingga Penjor terlihat indah sekaligus sakral.

Lalu pada bagian bawah Penjor terdapat tempat sesajen kecil yang disebut penjor penyeneng atau penjor tampel yang berfungsi sebagai simbol persembahan kepada para dewa dan leluhur. Saat Penjor dipasang, biasanya para masyarakat megiringinya dengan doa agar diberi keselamatan, kemakmuran, dan kedamaian.

Sumber: