Senator Ni Luh Djelantik Komitmen Terus Monitor Pembangunan Nuanu

Pertunjukan seni musik Gamelan di Nuanu Creative City, Bali, beberapa waktu lalu-Nuanu Creative City-
Salah satu program yang disorot adalah dukungan terhadap 150 penabuh muda dari lima sekaa teruna-teruni lewat Program Bale Ganjur, serta bantuan Rp61 juta kepada 13 banjar di Desa Beraban untuk perayaan Ogoh-Ogoh Nyepi.
Tahun lalu, Ogoh-Ogoh dari Nuanu bahkan tampil di ajang Burning Man di Nevada, menjadi instalasi seni Indonesia pertama di festival tersebut.
Dalam bidang lingkungan, Nuanu menetapkan 70 persen kawasannya sebagai ruang hijau dan menerapkan kebijakan tanpa penebangan pohon. Transportasi umum di kawasan ini juga sepenuhnya menggunakan kendaraan listrik.
Sementara dari sisi pengelolaan limbah, tingkat daur ulang Nuanu tercatat mencapai 95 persen.
BACA JUGA:Rano Karno Sebut Bali Lebih Terkenal dari Indonesia: Pentingnya Branding!
Keanekaragaman hayati juga menjadi perhatian. Hingga pertengahan 2025, Nuanu telah menanam lebih dari 15.000 pohon dengan metode Miyawaki, melestarikan 500 lebih anggrek.
Serta melakukan konservasi terhadap 400 spesies tanaman lokal dan meningkatkan kelangsungan hidup kupu-kupu sebesar 20 persen.
Di samping itu, CEO Nuanu Creative City, Lev Kroll, menekankan bahwa filosofi yang diusung Nuanu adalah double bottom line, yaitu menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sosial dan keberlanjutan lingkungan.
“Membangun komunitas dan menjaga alam bukan hanya kewajiban, tapi strategi bisnis yang kuat. Melakukan hal yang benar justru menarik orang-orang yang tepat,” ujar Lev.
BACA JUGA:5 Tempat Wisata di Bali Cocok Dikunjungi saat Liburan Sekolah, Quality Time Bersama Keluarga!
“Kami selalu terbuka terhadap kritik dan masukan. Setiap hari kami belajar untuk menyempurnakan cara kami membangun kawasan yang selaras dengan budaya Bali, teknologi, dan alam,” sambungnya.
Senator Mbok Ni Luh kembali menambahkan, bahwa pola pembangunan seperti yang diterapkan Nuanu perlu dijadikan tolok ukur bagi proyek lain di Bali.
Namun ia menegaskan, pengawasan publik harus terus berjalan agar nilai-nilai lokal tidak sekadar dijadikan gimmick.
“Kita jaga bersama. Ini bukan tentang menolak pembangunan, tapi memastikan pembangunan itu tidak merusak Bali. Itu tugas saya, dan itu juga hak masyarakat,” tukasnya.
Sumber: