DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) membawa kabar bahagia bagi penderita kolesterol di Indonesia.
Pasalnya, tak lama lagi Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin akan menghadirkan obat injeksi PCSK9 inhibitor yang telah terbukti ampuh turunkan kolesterol.
Menkes Budi Gunadi Sadikin berencana akan mendistribusikan obat injeksi PCSK9 inhibitor ke 500 rumah sakit di seluruh Indonesia sebagai solusi yang lebih efisien dibandingkan terapi konvensional yang mahal dan harus dikonsumsi setiap hari.
"Obat PCSK9 inhibitor adalah game changer. Dan ini baru satu dari banyak inovasi medis yang bisa kita adopsi," ujar Menkes Budi Gunadi, dikutip Rabu 4 Juni 2025.
BACA JUGA:Kasus Covid-19 Terdeteksi 7 Orang di Indonesia, Menkes Budi Gunadi: Enggak Usah Terlalu Panik!
Apa itu obat injeksi PCSK9 inhibitor?
PCSK9 inhibitor adalah obat terapi biologis yang bekerja dengan cara menghambat protein PCSK9 di hati---protein yang berperan dalam meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Dengan menghambat protein ini, hati dapat membersihkan LDL lebih efektif, sehingga kadar kolesterol turun drastis.
Berbeda dengan statin yang harus dikonsumsi setiap hari, PCSK9 inhibitor diberikan melalui suntikan setiap 2--4 minggu atau bahkan beberapa bulan sekali, tergantung jenisnya. Beberapa varian terbaru bahkan hanya memerlukan suntikan dua kali setahun.
Efektivitas yang Terbukti
Menurut penelitian, PCSK9 inhibitor mampu menurunkan LDL hingga 50--60%, bahkan pada pasien yang tidak responsif terhadap statin. Obat ini juga direkomendasikan untuk pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi, seperti penderita penyakit jantung atau stroke.
Tak hanya itu saja, Menkes Budi Gunadi Sadikin juga berencana membawa teknologi kesehatan berbasi Artificial Intelligence (AI) dalam meningkatkan efisiensi layanan.
Menurut Menkes Budi, teknologi kesehatan berbasis AI dapat mempercepat diagnosis, mempersingkat waktu operasi dan mengurangi masa rawat inap yang juga bisa menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.
"Teknologi ini tidak hanya membantu dokter, tetapi juga menyelamatkan anggaran negara. Kita harus mulai berpikir membangun sistem yang cerdas, bukan sekedar besar," katanya.