Dampak Kebijakan Impor BBM, Pekerja Shell Dirundung Ketidakpastian di Tengah Krisis BBM Non-subsidi

Dampak Kebijakan Impor BBM, Pekerja Shell Dirundung Ketidakpastian di Tengah Krisis BBM Non-subsidi

Krisis stok BBM non-subsidi membuat adanya penyesuaian jam kerja hingga jumlah staf pelayanan pelanggan di Shell--istock

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Belakangan ini SPBU swasta seperti Shell menghadapi krisis stok BBM non-subsidi. Hal itu berujung pada perubahan operasional termasuk penyesuaian jam kerja maupun penyesuaian jumlah staf pelayanan pelanggan di Shell.

Penyebab krisis ini tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah yang membatasi impor BBM non-subsidi bagi SPBU swasta dan salah satu yang terdampak adalah Shell.

Meskipun pada awal 2025 kuota impor untuk BBM sudah ditingkatkan menjadi 10% dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi Kementerian ESDM sudah menetapkan bahwa tidak akan menambah kuota impor lagi meskipun saat ini SPBU swasta sedang mengalami kelangkaan stok BBM.

BACA JUGA:Shell Hadapi Stok Habis dan Operasional Terbatas Akibat Regulasi Impor Baru

Banyak konsumen yang berpindah ke SPBU swasta pun dikarenakan untuk pembelian BBM di Pertamina sudah diperketat dengan penggunaan QR code dan resgistrasi, selain itu sistem pembayarannya yang tidak semudah seperti di SPBU swasta dan juga kepercayaan masyarakat yang sudah menurun.

President Director and Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian mengungkapkan gangguan pasokan menjadi penyebab utama terjadinya kehabisan stok di sejumlah SPBU.

Selain itu Ingrid Siburian juga menuturkan dengan Shell yang sudah kehabisan stok membuat Shell harus mengatur ulang karyawan di setiap SPBU, yaitu dengan jam operasinal hingga pengurangan pekerja untuk pelayanan pelanggan.

Lalu beredar isu bahwa ada pemutusan hubungan kerja di Shell akibat stok yang kosong, tetapi Bahlil Lahadalia selaku Menteri ESDM kembali menegaskan bahwa sebelumnya kuota impor untuk BBM non-subsidi telah ditingkatkan 10% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Kementerian ESDM juga mengatakan, kalau mereka sudah mengadakan rapat dengan para petinggi di setiap SPBU swasta, sekaligus menawarkan untuk bekerja sama dengan Pertamina karena menurut yang dikatakan oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman bahwa spesifikasi minyak di Pertamina tidak bermasalah dan bisa dibeli oleh SPBU swasta.

BACA JUGA:Pertamina Gelar AJP 2025 di Surabaya, Dorong Kreativitas Jurnalis Jatimbalinus

Laode juga menuturkan, pihaknya dan Pertamina sudah mengatur sedemikian rupa agar spesifikasi BBM di Pertamina juga bisa digunakan oleh SPBU swasta.

Sedangkan dari pihak karyawan belum ada data resmi yang bisa memastikan jumlah pekerja Shell yang terkena lay off dan juga diketahui belum ada kejelasan apa penyesuaian ini berarti PHK, kontrak dipersingkat atau hal lainnya.

Karena hal itu membuat banyak kekhawatiran muncul, masalah tidak akan selesai jika stok BBM terus bermasalah dan tekanan terhadap operasional akan semakin berat dan bisa memicu dampak yang lebih luas terhadap para pekerja.

Sumber: