Ini Peran Penting Jurnalis Mengabarkan Informasi Data Saat Bencana Terjadi

Ini Peran Penting Jurnalis Selain Mengabarkan Informasi Saat Bencana Terjadi-Diajeng Vayantri Dewi Divianta-Diajeng Vayantri Dewi Divianta
Dalam rangka meningkatkan kapasitas jurnalis yang bertugas saat bencana alam terjadi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) bekerjasama dengan Jawa Pos TV Bali menggelar pelatihan jurnalistik di hotel Quest San, Denpasar, Sabtu 4 Oktober 2025.
Pelatihan dengan tema 'Pelatihan Peningkatan Kapasitas Jurnalis Peliputan Bencana Alam' tersebut diikuti sekira 50 peserta jurnalis aktif cetak, online, radio dan elektronik dengan menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya. Di antaranya, Made Rentin Kadis Lingkungan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, lalu Kadek Setiya Wati perwakulan dari Balai Besar BMKG wilayah III Denpasar, Putu Eka Tulistiawan dari Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, dan terakhir Ni Luh Purnami dari Stasiun Geofisika Denpasar.
Jurnalis tak hanya menjadi garda terdepan dalam penyampaian informasi saat bencana terjadi, melainkan jurnalis sangat berperan penting terkait data korban atau kerugian yang harus dipublikasikan. Namun, fakta di lapangan jurnalis terkadang terkendala dengan para pemangku kebijakan yang memiliki data yang berbeda-beda. Pelatihan yang digelar selama 1 hari itu menjadi salah satu momentum para peserta pelatihan yang juga jurnalis aktif itu meminta para narasumber yang hadir memberikan alasan sebab terkendalanya suplai data kepada awak media.
BACA JUGA: Pemkot Denpasar Tertibkan Kabel Semrawut Lewat SJUT
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali (Kalaksa), I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya mengatakan, alasan pihaknya terkesan kurang cepat dalam memberikan pelaporan jumlah data korban dan kerugian yang terjadi akibat banjir itu.
Teja beralasan ada tiga alasan yang membuat pihaknya sedikit terkendala memberikan data terbaru para korban kejadian banjir awal September lalu itu. Ia mengaku dalam kondisi bencana data pasti dinamis data yang disebarkan. Lalu, Teja mencotohkan, di wilayah Denpasar yang masuk dalam kota besar, banyak masyarakat kurang mengetahui kondisi tetangga sekitarnya. Itu yang membuat data terhambat disampaikan kepada awak media.
"Tetangga sendiri tidak tahu jumlahnya berapa. Contoh ruko roboh ditanya tetangga di dalam rumah berapa orang? jawabannya pasti beda-beda. dari jumlah meninggal 18 menjadi 17, saya di marahi lagi. Karena, memang dinamikanya begitu, Ada korban yang dikenal nama panggilan ada yang nama lengkap," ujar dia.
BACA JUGA: Info Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Provinsi Bali 5 Oktober 2025, Ayo Datang!
Sumber: