Dampak AI Terhadap Lingkungan, Benarkah Kecerdasan Buatan Mengancam Bumi?

Dampak AI Terhadap Lingkungan, Benarkah Kecerdasan Buatan Mengancam Bumi?

Dampak AI terhadap lingkungan--

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan semkain pesat, tetapi banyak yang belum menyadari bahwa dampak AI terhadap lingkungan mulai menjadi perhatian besar karena konsumsi energi yang semakin meningkat di seluruh dunia.

Di tengah lonjakan penggunaan data center dan pelatihan model AI besar, berbagai studi memperingatkan bahwa dampak AI terhadap lingkungan dapat memperburuk emisi karbon global jika tidak diimbangi dengan penggunaan energi terbarukan.

Dengan pertumbuhan teknologi yang tidak terbendung, isu mengenai dampak AI terhadap lingkungan kini menjadi topik penting yang sering kali menjadi topik perbincangan yang penting di setiap diskusi publik, kebijakan pemerintah, hingga penelitian internasional.

BACA JUGA:Khasiat Daun Pandan untuk Kesehatan dan Kecantikan, Harumnya Banyak Manfaat!

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat dapat menimbulkan kekhawatiran baru terkait akan dampaknya terhadap lingkungan. Sejumlah lembaga internasional, termasuk International Monetary Fund (IMF), memperingatkan bahwa lonjakan penggunaan AI dapat meningkatkan konsumsi energi global secara drastis.

AI kini tidak hanya dipandang sebagai inovasi yang bisa mengbah cara manusia bekerja, tetapi bisa digunakan sebagai sektor yang berpotensi memberikan tekanan yag besar terhadap ekosistem di bumi.

Peringatan ini muncul setelah studi IMF memaparkan bahwa konsumsi listrik dari pengembangan dan penggunaan AI bisa naik hingga beberapa kali lipat dalam beberapa tahun ke depan. Menrut beberapa penilitian, pelatihan model AI berukuran besar dapat membutuhkan energi dalam jumlah besar karena melibatkan ribuan GPU yang harus bekerja dalam durasi panjang.

Selain konsumsi listrik yang tinggi, sejumlah penilitian juga menyoroti penggunaan air yang besar di fiasilitas data center. Dalam beberapa laporan, dijelaskan bahwa mendinginkan server saat proses pelatihan model AI bisa menghabiskan ribuan liter air, terutama pada proyek yang berskala global. Hal ini yang menyebabkan timbunya kekhawatiran baru, terutama di kawasan yang rawan kekeringan atau memiliki kapasitas air bersih yang terbatas.

Tekanan lingkungan tidak hanya berasal dari energi. Industri perangkat keras AI juga memicu meningkatnya produksi limbah elektronik (e-waste). GPU dan server yang digunakan untuk mengoperasikan AI memiliki umur pembaruan yang cepat, biasanya 1-3 tahun sehingga menghasilkan limbah yang sulit untuk didaur ulang dan hal itu bisa menambah masalah lingkungan jangka panjang.

BACA JUGA:Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Berakhir dengan Twist Mengejutkan & Cerita Inspiratif

Beberapa negara dan perusahaan teknologi sudah mulai bergerak menuju solusi "Green AI". Langkah ini bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan buatan yang lebih hemat energi, lebih ramah lingkungan, dan bisa menggunakan sumber listrik terbarukan.

Maka dari itu beberapa perusahaan besar sudah telah berkomitmen untuk membangun data center berbasis energi angin dan matahari, serta mengembangkan data center yang berbasis energi angin dan matahari, serta mengembangkan model AI yang lebih efisien.

Sumber: