G3N Project Bawa Redmiller Blood ke Ubud, Hadirkan Karya Bernuansa Sosial dan Psikologis

Pengguntingan pita tanda dibukanya Pameran ‘Utopia’, di Museum Puri Lukisan Ubud. Pameran bakal berlangsung hingga 15 Oktober 2025.-Rivansky Pangau/Disway.id-
GIANYAR, DISWAYBALI.ID - Museum Puri Lukisan Ubud bekerja sama dengan G3N Project menghadirkan pameran tunggal bertajuk 'Utopia', karya seniman Peter Rhian Gunawan atau yang populer dikenal dengan sebutan Redmiller Blood.
Pameran ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo, di Museum Puri Lukisan Ubud, pada Kamis 25 September 2025. Pameran tersebut akan berlangsung hingga 15 Oktober 2025.
Giring mengapresiasi karya-karya Peter Rhian dan memujinya sebagai seniman yang aktif berkarya sekaligus menjadi pendidik yang konsisten berbagi nilai-nilai budaya.
BACA JUGA:Pemkab Klungkung Gelar Pameran Keris dan Pusaka di Museum Semarajaya Klungkung
"Bagi Peter Rhian, seni adalah tanggung jawab kolektif untuk menghidupkan kebudayaan sebagai identitas utama bangsa, bukan sekadar hiasan," kata Giring.
Seniman Peter Rhian, menghadirkan 23 karya yang berakar pada karakter ikonik ciptaannya, Redmiller.
Redmiller merupakan sosok polos berambut merah dan mata yang terancam, meneteskan air mata berwarna pelangi yang merepresentasikan emosi tersembunyi manusia.
"Karakter Redmiller lahir dari riset panjang selama enam tahun. Karakter ini mewujudkan ketegangan antara ekspektasi sosial dan gejolak batin, merepresentasikan emosi tersembunyi manusia melalui simbol-simbol visual yang dekat dengan budaya pop, mainan, hingga seni kartun," kata Peter Rhian.
Diketahui, Peter Rhian lahir di Bandung pada 1981, dan menamatkan studi Magister Ilmu Desain di Institut Teknologi Bandung.
Kini, selain menekuni profesi seniman, ia juga aktif sebagai dosen di Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Ketertarikan Peter Rhian terhadap seni pop dan budaya populer, membentuk gaya visual unik yang menembus batas medium.
Lewat pameran 'Utopia', ia mengajak publik masuk ke dunia introspektif yang penuh warna. Ruang di mana tawa, air mata, serta identitas berpadu menjadi ekspresi yang lebih jujur dan otentik.
Sumber: