Bali Bidik Zero Kasus HIV 2030, Fokus pada ARV dan Layanan Remaja

Bali Bidik Zero Kasus HIV 2030, Fokus pada ARV dan Layanan Remaja

Pelatihan jurnalistik dalam peliputan Penanggulangan HIV/AIDS di Bali yang dihadiri oleh sejumlah pembicara lintas institusi.-Rivansky Pangau-

Strategi lainnya difokuskan pada peningkatan kapasitas layanan kesehatan melalui pelatihan tenaga medis dan non-medis, deteksi dini HIV pada ibu hamil dengan tes HIV, sifilis, dan hepatitis, serta pengembangan layanan ramah remaja melalui penyediaan klinik remaja sehat.

Selain itu, pengembangan inovasi program sesuai kebijakan daerah juga menjadi bagian dari langkah aksi nyata dalam mempercepat pencapaian Ending AIDS 2030. Inovasi tersebut diarahkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara relevan dan efektif.

"Kolaborasi multipihak menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah, organisasi masyarakat, dan individu harus berjalan beriringan dengan perencanaan anggaran yang kuat," tegas dr Oka.

BACA JUGA:Tips Merawat Kesehatan Orang Tua agar Tetap Bugar di Usia Lanjut

Menjelang tahun 2030, waktu yang tersisa kurang dari enam tahun menjadi tantangan tersendiri bagi Bali untuk mencapai target nasional. 

Pemerintah daerah menutup rencana aksinya dengan tiga fokus utama: mencegah penularan baru, meningkatkan kepatuhan ARV hingga 95 persen, dan memastikan 95 persen ODHIV tersubresi.

Keberhasilan program, menurut dr Oka, sangat bergantung pada sinergi dan komitmen semua pihak. 

"Upaya bersama diperlukan untuk menghapus stigma dan diskriminasi, sekaligus memperkuat layanan kesehatan dan sosial bagi ODHIV," ucapnya.

Upaya mencapai target Ending HIV 2030 di Bali turut disampaikan Koordinator Program AIDS Healthcare Foundation (AHF) Bali, Nana Widiestu, dalam presentasi pengembangan ide peliputan HIV di Bali. 

Dia mengatakan, media juga merupakan salah satu aktor strategis dalam membentuk opini publik, dan memperkuat literasi masyarakat tentang HIV/AIDS.

Menurutnya, peran media sangat penting untuk mendorong kesadaran dan aksi nyata dalam penanggulangan HIV/AIDS. 

"Media memiliki kekuatan dalam menyampaikan informasi yang benar dan membangun persepsi publik yang positif tentang HIV," ujar Nana.

Indonesia menargetkan eliminasi HIV/AIDS pada 2030 sesuai komitmen global. Bali menjadi salah satu daerah prioritas karena memiliki tingkat mobilitas dan pariwisata internasional yang tinggi, serta keberagaman kelompok risiko seperti pekerja seks dan orang dengan HIV (ODHIV).

Dalam paparannya, Nana menjelaskan bahwa peliputan media dapat dibagi menjadi tiga bentuk utama: edukasi, investigasi, dan human interest. 

Peliputan edukasi berfokus pada penyampaian informasi yang sederhana, menghadirkan narasumber resmi, menyertakan data dan layanan yang tersedia, serta menampilkan kisah nyata yang memperkuat pesan.

Sumber: