Membaca Ulang Puputan, Membangun Ulang Ingatan
Marmar Herayukti saat mengabadikan momen di areal Diorama Puputan Badung-Rivansky Pangau-
“Orang yang tak dapat berjalan pun punya hak menentukan ‘langkah’, dan yang tak melihat tetap memiliki ‘pandangan’. Yang melumpuhkan bukanlah kekurangan fisik, melainkan kelumpuhan semangat,” tukasnya.
Riset berbulan-bulan ia jalankan bersama sejarawan, budayawan, arsitek, keluarga Puri, hingga tim arsip keluarga Edhi Sunarso.
Termasuk menyimak arsip foto seabad dan artefak era Puputan Badung yang baru dipulangkan pemerintah Belanda.
Marmar menempatkan dioramanya sebagai jembatan antargenerasi, bukan sekadar penghormatan, tetapi pengingat bahwa ketangguhan Bali tak berhenti di masa lalu.
Sumber: