Bullying di Indonesia, Mengapa Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Masih Sering Terjadi?

Bullying di Indonesia, Mengapa Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Masih Sering Terjadi?

Penyebab kasus bullying--freepik

DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Kasus bullying di Indonesia masih kerap terjadi bahkan di lingkungan pendidikan dan kita sering kali melihat video-video pembullyan yang disebarkan di media sosial seakan-akan kasus perundungan menjadi hal biasa yang terjadi.

Fenomena bullying di lingkungan pendidikan seolah menjadi siklus yang sering berulang tanpa adanya solusi yang nyata padahal dampak dari perundungan itu bisa sangat mengganggu para mental korban hingga di masa depan nantinya.

Seharusnya persoalan bullying di sekolah harus diperhatikan karena dengan meningkatnya kasus kekerasan di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk para siswa menuntut ilmu justru menjadi tempat yang menjadi bukti kurangnya empati antar anak hingga sistem perlindungan anak.

BACA JUGA:Bingung Cara Nulis Prompt? Ini Rahasia Bikin Foto Sendiri Jadi Estetik dengan Gemini AI

Kasus perundungan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius untuk masyarakat Indonesia dan naasnya permasalahan ini belum menemukan titik terang. Dari tingkat sekolah dasar hingga universitas, kasus perundungan masih kerap muncul dan beberapa dari kasus itu akan berakhir tragis.

Menurut Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) pada tahun 2024 sudah tercatat 573 kasus kekerasan dan perundungan di sekolah yang meningkat secara signifikan dibanding dari tahun sebelumnya.

Data KPAI dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak juga mencatat 3.547 aduan kekerasan terhadap anak sepanjang 2023, dengan ratusan di antaranya adalah kasus bullying atau perundungan.

Hal ini menjadi tanda tanya besar kenapa kasus perundungan ini masih marak terjadi di lingkungan pendidikan bahkan membuat para orang tua menjadi takut jika anaknya yang bisa menjadi korban dari perundungan.

Mengapa bullying kerap terjadi di Indonesia?

Fenomena ini tidak berdiri sendiri, ada beberapa faktor yang membuat perundungan di Indonesia begitu sulit untuk diberantas:

1. Budaya senioritas dan hierarki yang toksik

Di banyak sekolah atau kampus senior atau kakak kelas sering kali merasa punya kuasa atas juniornya. Tradisi yang seperti "pengenalan lingkungan" kadang sering menjadi kedok untuk bisa melakukan kekerasan secara verbal atau non-verbal.

BACA JUGA:Cara Membangun Personal Branding yang Kuat di Era Digital

2. Kurangnya pendidikan empati dan karakter

Fokus pendidikan masih pada nilai akademik, sementara pembelajaran soal emosi, empati, dan komunikasi sehat sering kali terabaikan. Akibatnya para siswa tidak memahami batasan antara bercanda dengan menyakiti.

Sumber: