Mengenal Marsinah, Kisah Buruh Perempuan yang Gugur Memperjuangkan Keadilan
Marsinah resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia--
DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Salah satu nama yang cukup menarik perhatian publik di saat adanya pengumuman sepuluh nama yang diberi gelar sebagai pahlawan nasional, yaitu Marsinah.
Seorang buruh yang dikenal karena keberaniannya yang vokal untuk memperjuangkan hak-hak teman sejawatnya yang saat itu bekerja pada saat masa Orde Baru hingga akhirnya Marsinah tewas secara tragis.
Lalu saat ini, setelah puluhan tahun dilewati akhirnya Marsinah diakui oleh negara sebagai pahlawan nasional. Penghargaan yang didapatkannya ini sebagai simbol dari pengakuan negara terhadap perjuangan buruh perempuan Indonesia.
BACA JUGA:10 Nama Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Termasuk Soeharto, Marsinah, dan Gus Dur
Tiga puluh dua tahun setelah gugurnya Marsinah dalam memperjuangkan keadilan bagi para buruh, kini nama Marsinah resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.
Penghargaan ini menjadi penanda pengakuan negara terhadap sosok buruh perempuan yang selama puluhan tahun dikenal sebagai simbol keberanian untuk melawan ketidakadilan di tempat kerja.
Marsinah merupakan seorang buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Marsinah lahir di Desa Nglundo, Nganjuk pada 10 April 1969. Meski hanya lulusan SMP, semangatnya dalam memperjuangkan hak-hak buruh membuatnya dikenal luas di kalangan buruh-buruh pabrik.
Pada awal 1990-an, saat kebebasan berserikat masih dibatasi, Marsinah berani menuntut hak-hak dasar pekerja, termasuk kenaikan upah minimum, keadilan kerja lembur, dan cuti haid bagi buruh perempuan.
Aksi mogok kerja yang Marsinah pimpin terjadi pada 3-4 Mei 1993 yang menjadi titik balik dalam hidupnya karena setelah memimpin aksi damai tersebut, Marsinah menghilang pada 5 Mei dan tiga hari setelahnya, jasad Marsinah ditemukan di sebuah gubuk di wilayah Nganjuk dengan adanya tanda-tanda kekerasan.
BACA JUGA:Antara Soeharto dan Luka Orde Baru, Kenapa Banyak yang Menolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?
Kasus pembunuhan itu menarik perhatian publik dan menjadi simbol sebagai pelanggaran HAM berat di masa Orde Baru. Hingga saat ini, pelaku di balik kematian Marsinah tidak pernah diadili. Namun semangat perjuangannya tetap hidup di benak para aktivis, buruh, dan masyarakat sipil.
Banyak yang mengatakan bahwa proses hukum yang saat itu dijalani memiliki banyak kejanggalan, di mana lebih banyak peran ABRI yang mengambil kasus dibandingkan pihak kepolisian. Dari mulai proses penyelidikan sampai interogasi dan penangkapan sejumlah karyawan PT Catur Putra Surya juga dilakukan oleh aparat militer.
Dan setelah beberapa tersangka ditangkap oleh ABRI dan diadili, setelahnya para tersangka dibebaskan karena dinyatakan tidak bersalah. Hal-hal itu yang membuat banyaknya dugaan adanya keterlibatan pihak dari aparat keamanan dan para penguasa, mengingat di zaman Orde Baru kebebasan berpendapat masih sangat dibatasi.
Jadi pada saat di masa Orde Baru, langkah berani yang dilakukan oleh Marsinah dianggap sebagai pengganggu stabilitas industri yang pada saat itu menjadi sesuatu yang sensitif di era kepemimpinannya Soeharto.
Sumber: