Federasi problematik itulah dua kata yang pantas disematkan kepada KOVO, alasannya adalah karena ada beberapa kebijakan yang dianggap tidak adil yang dilakukan oleh federasi bola voli korea tersebut.
Misalnya adalah soal besaran gaji pemain asing dan pemain lokal, entah mengapa rata-rata pemain lokal Korea memiliki gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemain asing.
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG di Bali Hari Ini 15 April 2025, Jembrana hingga Denpasar Cerah Berawan
Padahal secara peran pemain asing lebih menonjol dibandingkan dengan para pemain lokal, korea hal itu bisa ditunjukkan dalam daftar statistik di musim ini.
Seperti daftar top skor yang mayoritas didominasi oleh para pemain asing seperti Gisel Silva dar GS Caltex,
Victoria Danchak dari IBK Altos hingga Megawati Hangestri dari red Sparks.
Selain soal masalah gaji, KOVO juga pernah membuat kontroversi ketika mereka memberikan sanksi kepada si kembar yakni Lee Da-yeong hingga Lee Jae-yeong.
Dua pemain itu, Lee Da-yeong hingga Lee Jae-yeong disanksi karena dianggap melakukan perundungan.
BACA JUGA:Kadin Indonesia dan QCCI Bahas Lima Pilar Kerja Sama Strategis di Qatar
Khusus perundungan itu sendiri terungkap pada tahun 2021 yang lalu, akibatnya Le twins mendapatkan hukuman dari KOVO dengan tidak boleh bermain di Liga Voli Korea sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Hukuman tersebut membuat Lee twins memutuskan untuk bermain di luar negeri hingga sekarang.
Selain itu, ketidakadilan KOVO kemudian muncul tahun lalu di mana ada pemain AI Papers yakni Oh Ji-young yang sama-sama melakukan perundungan.
Namun bedanya, pemain tersebut cuma diberi sanksi tidak boleh bermain di Liga Voli Korea selama 1 tahun.
Terbaru kontroversi kembali terjadi, kali ini melibatkan bintang asal indonesia yakni Megawati Hangestri.