PHK Massal Terjadi di Indonesia, Efisiensi atau Tanda Bahaya Ekonomi?

PHK massal yang terjadi di Indonesia, apa yang sebenarnya terjadi?--
DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Awal 2025 menjadi masa yang berat bagi ribuan pekerja di Indonesia. Menurut data dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut terjadi PHK dan mengakibatkan sekitar 40 ribu pekerja yang kehilangan pekerjaan hanya dalam dua bulan pertama di tahun 2025 ini.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sudah lebih dari 18 ribu orang kehilangan pekerjaan pada periode yang sama. Angka tersebut menambah panjang daftar korban PHK yang pada 2024 sudah mencapai 77 ribu orang.
Fenomena itu menimbulkan tanda tanya besar untuk publik, apa yang sebenarnya terjadi hingga bisa mendorong gelombang PHK di Indonesia?
BACA JUGA:Pabrik Coca Cola di Bali Bakal Tutup Mulai Juli 2025, Puluhan Karyawan Kena PHK
Salah satu alasan utamanya adalah pelemahan permintaan global, industri padat karya seprti tekstil, garmen, dan alas kaki yang selama ini bergantung pada ekspor, kini menghadapi penurunan pesanan.
Konsumen di luar negeri sedang menekan biaya belanja akibat inflasi dan ketidakpastian ekonomi, membuat pabrik di Indonesia harus mengurangi produksi. Efek domino pun terjadi yang membuat para tenaga kerja dianggap kelebihan, lalu diputus kontraknya.
Selain itu juga biaya produksi menjadi alasan kenapa terjadi PHK massal. Biaya produksi yang tinggi juga mendorong banyaknya perusahaan melakukan efisiensi. Hal itu disebabkan karena harga dolar yang menguat membuat harga bahan impor menjadi lebih mahal, sementara yang terjadi di dalam negeri sebaliknya karena daya beli yang melemah.
Hal itu juga membuat para perusahaan tidak sanggup menanggung beban tersebut hingga akhirnya perusahaan dengan terpaksa harus melakukan PHK sebagai jalan pintas untuk menjaga keberlangsungan usaha.
Restrukturisasi internal dan relokasi pabrik juga menjadi alasan terjadinya PHK karena beberapa perusahaan memilih untuk memindahkan produksinya ke negara lain, seperti Vietnam atau Bangladesh yang menawarkan biaya tenaga kerja lebih rendah.
Hal itu membuat pekerja di Indonesia yang terkena dampaknya. Di sisi lain dari segi teknologi dan otomatisasi di zaman modern sekarang juga membuat adanya pergeseran peran tenaga kerja manusia.
BACA JUGA:Gubernur Koster Heran saat Dengar Ada 100 Orang Kena PHK, Padahal Pajak Hotel Naik Hingga 90 Persen
Meski penyebab PHK terlihat teknis dan struktural, dampak nyatanya dirasakan di rumah-rumah biasa. Banyak pekerja pabrik yang akhirnya terpaksa harus kembali ke kampung halaman karena pabrik tempatnya bekerja harus ditutup.
Ada pula buruh-buruh yang sudah tidak diperlukan lagi karena adanya pergeseran tenaga kerja dengan teknologi yang lebih modern membuat mereka tidak lagi menjadi buruh dan harus menjadi pedagang kaki lima untuk menyambung hidup.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa PHK bukan hanya sekedar angka, tapi bagaimana manusia yang harus memulai lagi dari nol karena biaya hidup yang terus mahal tetapi lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin hilang.
Sumber: