Tekan Angka Penderita TBC di Indonesia, Kemenkes RI Tingkatkan Program Dokter Spesialis Paru

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono menyebutkan bahwa kondisi kasus Covid-19 di Indonesia terbilang masih terkendali dan angkanya tidak terlalu tinggi.--Istimewa
DENPASAR, DISWAYBALI.ID - Dalam rangka menekan angka penderita TBC di Indonesia yang mencapai peringkat kedua di dunia, Kementerian Kesehatan RI melakukan sejumlah langkah strategis.
Termasuk salah satunya, Kementerian Kesehatan RI mempercepat program tenaga dokter spesialis paru melalui program fellowship.
Dengan begitu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Herbuwono berharap program fellowship ini bisa menurunkan angka penderita TBC hingga 50 persen.
BACA JUGA:Wamenkes Dante Saksono Sebut Kasus Covid-19 Masih Aman Terkendali, Masyarakat Diminta Jangan Panik
“Kita berupaya menurunkan angka tuberkulosis ini hingga 50 persen,” ujarnya dikutip Jumat, 13 Juni 2025.
“Program fellowship ini menjadi program penting terutama bagi masyarakat di daerah untuk menangani TBC secara paripurna,” ujar Prof. Dante.
Saat ini, tiga pusat fellowship telah berjalan di Jakarta, Surabaya, dan Medan, dengan jumlah lulusan sekitar 10–11 dokter per semester. Namun, Indonesia baru memiliki sekitar 360 dokter spesialis paru secara nasional.
“Kalau tidak dipercepat melalui fellowship ini, kita tidak bisa mengharapkan seluruh kabupaten kota di Indonesia yang berjumlah 514 memiliki dokter spesialis paru,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama RS Persahabatan Prof. dr. Agus Dwi Susanto menyambut positif program ini. Ia mengatakan RS Persahabatan telah memiliki laboratorium mikrobiologi yang terstandar dan poliklinik terpadu untuk TBC dan non-TBC dalam satu gedung.
Ruangan ini menggunakan mekanisme tekanan negatif dan kita juga sudah mendapatkan standar akreditasi.
“Kami siap mendukung program fellowship yang bekerja sama dengan kolegium mikrobiologi klinik,” tuturnya.
BACA JUGA:Kasus Covid-19 Mulai Merebah Kembali di Berbagai Negara, Menteri Pratikno: Kami Sudah Berpengalaman
Ketua Kolegium Mikrobiologi Klinik, dr. Yulia Rosa Saharman, menyatakan program ini penting untuk mempercepat pemerataan dokter spesialis mikrobiologi klinik, khususnya di luar Pulau Jawa.
Sumber: